Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sayap-sayap Patah Cendrawasih (00)

21 April 2023   21:23 Diperbarui: 21 April 2023   21:27 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proloog:

Genre Fiksi perubahan tata sosial budaya kekinian

Pemain : Yan, Aan, Penjaga Museum, etc

Cinta kadang  tanpa pandang perbedaan asal dari daerah, walau tetap mencintai Aan tidak akan pernah bisa memiliki sang kekasih hatinya yang dikenalnya lewat jaring perteman media sosial dan ditemukan dengan Yan  di kebersamaan PPL kampus mereka.

"Semua kehidupan harus diperjuangkan kakak"

"Namun kita harus mematuhi komitmen bersama kita Yan"

"Kami sudah terlalu muak dengan janji-janji  penguasa saat ini"

"Namun aku masih mencintaimu Yan"

"Aku juga masih mencintai mu kakak  Aan"

Perjumpaan di sudut perpustakaan Salah satu museum perjuangan  di Jogja itu membekas di hati Aan membenarkan bahwa itu itu dari mata turun kehati dan semua menjadi sebuah alibi yang dalam ketika  tugas yang mereka cari di museum itu sama tentang sejarah panjang tanah Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun