Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan di Malam Minggu

28 Januari 2023   20:53 Diperbarui: 28 Januari 2023   21:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilihatnya dompet di kantung celanannya

uangnya  menipis tinggal selembar lima puluh ribuan rupiah

sementara hp berdering tanda  sang kekasih  minta di apeli

ini tentang cinta

apakah malam hari ini aku harus berbohong  atau berkata jujur

tentang uang di dompet 

serta saku celana yang bolong 

Baca juga: Kerja Belum Selesai

kosong melompong

...resah dan gelisah

mau utang lagi sama sekali sudah tak patut

sebagai buruh di Jogja rasanya harus berhemat

minim menabung

juga hentikan rokok dan tahan lapar

susah

... optimis dan semangat

untuk pertaruhan masa depan 

apakah harus kita hanya makan di angkringan ini sayang

keluhmu yang serasa pahit di hati namun tetap ku jaga perasaanku padamu

mengapa sayang

aku malu

kita semua orang disini mengapa malu

daripada  kamu

doanya...itu kata yang aku ucapkan kepadamu terakhir 

sebelum semua berlalu seperti hujan sore ini yang lebat mengguyur bumi mataram  hari ini

,,,apakah harus malu

ataukah harus tertunduk lesu

"biar miskin tetap bahagia mas..."

kata sebelahku serasa mengiris  ulu hatiku

jangan harap kepada anggaran desa

atau orang yang ada disenayan

dan gedung dewan di Malioboro itu kawan

,,,, cepat rubahlah dari dirimu

rubahlah hatimu

...mas pandai dan berilmu

beri sedikit kami wejangan

bukan ha ha hi hi di media 

bandingkan index kemiskinan dengan propinsi lain

bandingkan index kemiskinan dengan indek kebahagiaan

ora nyambung babar balas kawan

tidak ada hubungannya antara keduanya

yang ada 

saling ngeles dan argumen

rakyat yang melongo

melihat para pandai berkilah dan berdebat tentang kemiskinan di Jogja

di bandingkan dengan index kebahagiaan itu mustahil kawan...

....

Gerimis malioboro jadi saksi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun