Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kost Sempit di Pinggir Kota Jogja

7 November 2022   21:37 Diperbarui: 7 November 2022   22:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang akan mengira

Sebuah perjuangan itu dengan harta  yang mewah

atau cukup nilai kepercayaan itu

selagi masih banyak orang percaya

aku tahu

semua orang bilang kok sempat

orang kaya mengaku miskin

orang miskin kemana

banyak orang mboro sekolah di Jogja

banyak anak Jogja entah kemana

menjadi penonton di negeri sendiri

diantara proyek nasional yang menggurita

jogja akan berkalung TOl

juga akan berubah lebih baikah?

ataukah lupa

semua akan  dinilai dengan uang

bukan rasa dan etika

.....

Puisi itu ditulis di hp bututnya peninggalan orang tuanya, niat ke Jogja untuk kuliah dan sambil bekerja itu yang ada di benaknya , semua adalah kesempatan beasiswa yang tidak terbatas di universitas negeri ternama di kota ini.

"tenang mas broo   kita orang bayak yang santai toh di jogja kita di kirim makan" kata Kala carita teman dari timur

"bukan akau sok, aku berjuang demi nasib yang lebih baik" kata Abimayu 

"banyak orang ke jogja dengan niat belajar kita juga toh kawan?" tanya Kala carita kepadaku lagi

Sejumput tanya jawab di kost murah di pinggir Jogja yang mulai hilang tergantikan olrh apartemen dan kost mahal hanya orang berduit yang bisa kos dan kuliah di sini.

Nebeng di apartemen kos Universitas tidak enak lagi karena semua harus mandiri dan bisa hidupi diri sendiri untuk lebih mulia  banyak universitas yang mmepunyainya namun aturan ketat yang mengalahkan logikalah yang membuat banyak mahasiswa baru kos di luar kampusnya salah satu alasannya adalah kebebasan yang tidak bisa di tawar lagi.

"masalah wifi gratis itu sudah biasa kawan " kata Kala carita

"aturan listrik dan kamar mandi?" tanyaku lagi

"mandi ya timba air, karena tidak ada pompa listrik"

"ah bisa sambil olah raga dong?"

"kamu bercanda mas "

Semua harus disyukuri ketika hatiku pernah patah ketika Putri kencana yang aku taksir dolan ke kos aku dan melihat betapa sederhanya rumah kos kami tanpa wifi dan juga tanpa kulkas apalagi pompa air tidak ada, melihat kakusnya saja maka banyak mahasiswai tidak tertarik kepada kami.

"lupakan kita akan meraih prestasi kawan" seru kala carita kepadaku

"benar, bang" jawabku enteng.

Jogja penuh cerita benar adanya sekarang berubah drastis karena ekonomi dan industri pendidikan mengalahkan tujuan mulia sebagai kota pendidikan and sich yang ada adalah setiap detik uang yang di muliakan oleh  semuanya. Kostan di Jogja era 1990an masih ada induk semang dan ada juga yang jadi satu dengan yang punya rumah.

Banyak anak kost yang guyub dengan warga sopan santun dan hargai sedulur kiri kanan ikut kegiatan kampung dan mau juga kerja bhakti serta kadang ikut ronda kampung.

Sekarang anak kostan sekarang lupa dan acuh tidak pernah tegur sapa dengan warga sekitar dan juga lupa kewajiban sosial setelah kuliah langsung dekem di kamar kost main medsos hp dan lupa sosialisasi real diluar sana. Kata dosennku sekarnag ada  dan banyak generasi rebahan dan temungkul, kalah sama berhala modern yakani hp dan laptop

Realistis mengapa aku kost di pinggir Jogja karena aku semampuku kuliah dan bekerja untuk hidup lebih mandiri semetara kawan dari timur malah memilih suasana desa dan tidak masuk dalam kostan mahal walau kiriman orang tua mereka banyak untuk sennag-senang belaka di jogja beli hp baru, baju baru dan kendaraan baru.

Aku pasrah walau kata bapak dan eyang aku adalah keturunan orang kaya  namun pada keturunan ke tujuh sehingga tidak banyak harta yang tersisa untuk akau sekedar untuk makan dan  kuliah aku harus bersabar di kota yang mulai berbenah rasanya ini.

Jogja sedikit  demi sedikit berubah ke metropolis kebudayaan dan semua yang tersedia akan sama dengan fasilitsnya seperti Bandung dan Jakarta walau taglinya kota  kebudayaan dan pendidikan namun sayang semua yang anak yang ada di sekeliling tempat kost aku banyak yang tidak kuliah alasan klise yakni tidak ada dana dan   tentu saja niat di hati mereka.

"eyang begitulah jogja sekarang" tuliku di Hpku

"semua harus di hadapi " jawab eyang kepadaku

"namun semua nyata, baru kllinting mulai mengeliat, jogja akan di kelilingi tol"

'semua akan pasti adanya"

"sayang eyang tidak disini"

"aku pantau kamu di atas khyangan ini"

Semua harus siap untuk di lupakan dan dikenang kost di jogja menjadi senuah perjuangan yang harus kulalui dengan tabah walau jauh dari tempat kuliah namun aku bisa menjalankan misiku untuk kuliah dan kerja sambilan di kotaku yang tercinta ini dengan niat tulus belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun