Jogja penuh cerita benar adanya sekarang berubah drastis karena ekonomi dan industri pendidikan mengalahkan tujuan mulia sebagai kota pendidikan and sich yang ada adalah setiap detik uang yang di muliakan oleh  semuanya. Kostan di Jogja era 1990an masih ada induk semang dan ada juga yang jadi satu dengan yang punya rumah.
Banyak anak kost yang guyub dengan warga sopan santun dan hargai sedulur kiri kanan ikut kegiatan kampung dan mau juga kerja bhakti serta kadang ikut ronda kampung.
Sekarang anak kostan sekarang lupa dan acuh tidak pernah tegur sapa dengan warga sekitar dan juga lupa kewajiban sosial setelah kuliah langsung dekem di kamar kost main medsos hp dan lupa sosialisasi real diluar sana. Kata dosennku sekarnag ada  dan banyak generasi rebahan dan temungkul, kalah sama berhala modern yakani hp dan laptop
Realistis mengapa aku kost di pinggir Jogja karena aku semampuku kuliah dan bekerja untuk hidup lebih mandiri semetara kawan dari timur malah memilih suasana desa dan tidak masuk dalam kostan mahal walau kiriman orang tua mereka banyak untuk sennag-senang belaka di jogja beli hp baru, baju baru dan kendaraan baru.
Aku pasrah walau kata bapak dan eyang aku adalah keturunan orang kaya  namun pada keturunan ke tujuh sehingga tidak banyak harta yang tersisa untuk akau sekedar untuk makan dan  kuliah aku harus bersabar di kota yang mulai berbenah rasanya ini.
Jogja sedikit  demi sedikit berubah ke metropolis kebudayaan dan semua yang tersedia akan sama dengan fasilitsnya seperti Bandung dan Jakarta walau taglinya kota  kebudayaan dan pendidikan namun sayang semua yang anak yang ada di sekeliling tempat kost aku banyak yang tidak kuliah alasan klise yakni tidak ada dana dan  tentu saja niat di hati mereka.
"eyang begitulah jogja sekarang" tuliku di Hpku
"semua harus di hadapi " jawab eyang kepadaku
"namun semua nyata, baru kllinting mulai mengeliat, jogja akan di kelilingi tol"
'semua akan pasti adanya"
"sayang eyang tidak disini"