Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Manis Berpayung Merah Muda

27 Oktober 2022   16:48 Diperbarui: 27 Oktober 2022   16:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis manis berpayung merah muda


...Semua karena gerimis di Jogja
Semua karena kamu
Payung pink itu buat rindu
Pas seperti dingin hujan pagi ini
...

Lesmana tidak bisa memejamkan matanya sedari semalam suntuk membuat tugas kuliah.


Habis subuh sarung membuatnya sedikit tertidur pulas. Kaget karena hari sudah agak siang beberapa teman kost sudah pergi ke kampus masing-masing yang masih tiduran menunggu gerimis reda.

Baca juga: Gerimis Malioboro


Sepagi ini yang dipikirkan hanya isi perut tidak melulu kopi atau teh hangat  karena tidak mau kompromi angit diperut bila belum diisi minimal bubur ayam dekat kostnya.


Bergegas turun dari tingkat atas ambil sweter dan payung dengan sedikit kikuk turun dari balkon menuju stasiun pemadam kelaparan.

Jogja memang sedang hujan bergegas Lesmana keluar dengan jas hujan. Tanpa sengaja di lihatnya payung pink dengan gadis yang dan waktu yang sama dengannya ke warung bubur ayam dekat kostnya.


Langsing dan tinggi semampai semua lelaki tahu rumah gedong itu tempat tinggalnya.
"Pagi mba" sapa lesmana santun
"Pagi juga mas" sambil anggukan kepalanya bergegas kewarung bubur ayam.

Darah mudanya terkesiap melihat wajah cantik berpayung merah muda itu.
Semua seperti kehendak sang waktu ketika beberapa orang bertanya senyum sapa kepadanya.


"Mba arimbi bapak masih sehat to?" Tanya penjual bubur ayam tersebut.
"Ngoten mba, ya begitulah mba bapak dikursi roda sejak jatuh ditoilet" jawabmya lirih dan anggun.
"Mas dan mba pada datang?"
"Mboten, tidak wong sehari-hari bapak sama saya kok" sesekali pertanyaan dijawab disela antrian pembeli bubur ayam.  


Lesmana seperti jin dan syetan yang curi info dari Tuhan. Yup nama arimbi, tinggal cari nomor hpnya.
"Mas jadi beli tidak kok ngalamun?  Antreannya sudah nungguh tuh" celuk penjual. Buyar lamunannya "nggih bu, satu .."sekenanya menjawabnya. Semua yang disitu tersenyum simpul dibuatnya.
"Bu, itu tadi?"
"Apa mas itu putri pak projo orang kaya itu mas"
"Hmm.."
",naksir?"
"Ya..ah malu bu"
Semua orang tertawa karena tahu betapa manyunnya lesmana di pagi itu, terdakwa  cinlok kata orang jatuh cinta di depan warung bubur ayam.

Hujan akhir oktober ini masih buat badan terasa dingin tugas kuliah yang menumpuk jadi tidak bisa menikmati bubur ayam pojok kostan itu.

 Pergi pagi pulang sore dan malam untuk selesaikan tugas kuliah dan praktikum hanya angkringan pojok kampus yang bisa membuatnya kenyang dan lupakan dingin jogja hari-hari akhir ini.


Waktu semakin nyata ketika pulang dari kuliah banyak karangan bunga yang di pinggir kiri kanan jalan itu. "Pak prasojo meninggal mantan orang ",gedhe" dinegeri ini."kata mas satpam kostan kami.

"Pak projo atau..?"
"Ya mas pak prasojo panggilannya pak projo menggal tadi pagi"
"Innalillahi wainnalillahi rojiunna"

Seminggu sepeninggal itu hidup Lesmana terasa sepi sebab tidak bisa lihat lagi gadis manis berpayung merah muda itu.
"Memang mas mencarinya?" Tanya penjual bubur ayam karena clingak-clinguknya kelihatan.
"Ya bu"
"Bar kesripahan bapaknya"
"Pak projo itu to bu?"
"Nggih, ya mas"
Oh benar kata pak satpam benar adanya pantes dara berpayung merah itu tidak kelihatan lagi membeli bubur ayam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun