Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisnis Bola: Belajarlah dari Tragedi Kanjuruhan

13 Oktober 2022   18:37 Diperbarui: 13 Oktober 2022   18:40 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menulis dibalik tragedi Kanjuruhan saya bertanya dalam hati apa dibalik bisnis bola yang ternyata banyak yang menyukainya.

Jumlah tewas tragedi kanjuruhan 132 melayang. (Kompastv)

Tragedi kanjuruhan adalah tragedi nyata persepakbolaan tanah air. Tragedi yang pilu disaat bangkitnya bisnis bola ditanah air.

Sungguh semua memang takdirNya dan ini sungguh fatal karena kelaian memyebabkam banyak nyawa melayang lihatlah pasal yang disangkakan pasal 530 KUHP kelaian yang sebabkan banyak nyawa melayang!.

Tragedi ini serasa orang tidak bisa percaya walau sudah ditetapkan 6 tersangka utama 3 dari penyelenggara LIB baru dam 3 dari pihaka kepolisian.

Tim TGIF yang diketua Machfud MD sedang berjalan juga komnas HAM serta kontras juga sedang investigasi dugaan sementara korbam tewas karena gas air kata dan desak-desakam di pintu keluar yang sempit.

Namun faktor kelaian dan faktor humam eror (penembakan gas air mata )juga salah satu sebabnya kita tunggu hasilnya kelak .

Bisnis bola

Ternyata bola adalah bisnis yang menguntungkan semua pihak dari pedagang minuman kaki lima sampai hotel bintang lima saling terkait

Ketika media massa (tv, radio san internet) medsos turut andil dan dituntut rating tinggi mala mereka halakan segala cara untuk naikkan rating mereka!!

Bamyak slot dan jam prime time ddipertaruhkan demi pengiklam dan acara bola.

Inilah yang tampaknya harus 

dipeljaari oleh  para pembuat kebijakan supaya tragedi ksnjuruhan tidak terulang lagi.

Mulai dari tiket offline dan online juga semua laku, jersi dan bendera

Namun ada penguasaan media(tv, interner dan sosisl, namum tidak kita sadari saat ini.

Lihatlah saling lempar tanggung jawab dari pemilik media tv dan bagi video sungguh nyata.

Pihak LIB salahkan pihak keamanan lalu salahlkanPanpel dan panpel salahkan penonton.

Sungguh naif tidak atau belum ada pihak yang mau gentelmen unjuk dada intuk bertanggung jawab atas kejaduaan kanjuruhan ini.

Seperti permohonan presiden J untuk FIFA kabul supaya  tidak hukum PSSI namun bisakah rasa empati dan kemanusiaan masih ada? Karena bisnis ya bisnis bola namun hargai juga etika juga nyawa penonton itu yang paling utama. Hanya karena rating tv yang siarkan langsung sebuah pertandingan bola mereka lupakan juga faktor keamanan penonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun