Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Demi Waktu (14) Sepeda Bapak

11 Mei 2022   18:10 Diperbarui: 11 Mei 2022   18:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi waktu (14) Sepeda bapak 

...

Waktu sungguh mengunyah sebuah realita

Ini tentang sebuah kenangan

Nyata

Dan semua harus disyukuri

Ini tentang rasa

Waktu saya masih kecil, bersama bapak

....

Waktu, membuatku terasa terpaku dan seakan membeku dalam dinginnya bulan mei ini.

"Semua kenangan seakan muncul kembali, ini bukan tentang masa lalu"

"Ini tentang rasa dan cinta"

Aku tidak pernah lupa tentang rahasia cinta dan asa di rumah kami lebaran tahun ini

Sungguh lebaran tahun ini ada sesuatu yang hilang waktu aku ke rumah tabon (utama) di desa ini.

"Rasa kangen itu sungguh membuncah hampir dua tahun tidak bisa hirup udara bebas hanya lewat hp dan medsos untuk obati rindu ini nyata adanya.

Waktu seakan membeku dan inilah perjalanan pertama, di rumah ini sungguh awak kehidupan kami dan membuat sejarah hidup kedua orang tua kami (bapak dan simbok.

Pawon yang dibiarkan apa adanya, kusam dan tungku dari kayu yang masih digunakan  walau kompor gas sudah ada, kulihat sekeliling rasanya ada yang hilang sesuatu yang aku ingin tanyakan kepada kakak tetapi rasanya tidak sampai hati.

Bagaimanapun kakak lah  yang  mengurus kebun dan sawah kami, hanya itu pekerjaan pokoknya saat ini.

Kadang menjadi buruh ke kota saat musim kemarau tiba atau saat musim tandur sudah usai.

"Semua apa adanya hanya aku ingin beritahu sepeda bapak"

"Tahu mas"

"Maksudku kenangan itu dik"

"Tahu mas"

Aku maklum apabila sepeda kuno itu laku dan mungkin kakak aku sudah jual tidak apa-apa seperti bapak dulu menjual sepeda kumbangnya untuk kami bisa lanjutkan sekolah kala itu.

"Semua orang sedang deman sepeda dik"

"Nggih mas"

"Waktu itu sepeda di pinjam pakde Karso dan"

"Pakde senang ya mas?"

"Ya, namun, begini dik"

"Bagaimana mas?"

"Pakde karso kecelakaan dan sepeda bapak rusak".

Deg rasanya pasti rusak berat dan pikiranku jadi kacau menduga yang tidak pasti.

"Sepedanya cuma bengkok rodanya, namun pakde karso harus opname karena jantungnya kambuh dik dan.."

"Pripun mas?"

"Seminggu sebelum lebaran pakde sedo dik, meninggal"

Bener dugaanku aku hanya bisa berucap lirih 

"innalillahi wainaillahirajiun"

Benar-benar sebuah kejutan lebaran ini sungguh semua tidak tahu jalan Allah swt untuk kita.

Pakde kakak kandung bapak kok yo nyusul bapak sama waktunya saat seminggu sebelum lebaran dan kok yo sama waktu sepedaan seperti bapak saat itu,.

Aku tertegun, sebuah kenangan tidak biaa diulang yang ada hanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun