Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Demi Waktu (6) Selembar Uang Kusut di Saku Celana

26 April 2022   18:44 Diperbarui: 26 April 2022   18:52 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi waktu(6)Selembar uang  kusut di saku celana

Waktu menjadikan semua terlena lebaran tinggal tujuh hari lagi, banyak yang berusaha keras untuk bahagiakan keluarga.

Banyak yang halalkan segala cara juga banyak yang pasrah.

...

Menjadi diri sendiri

Ketika musholla dan masjid berangsur sepi

Keramaian berpindah

Bukan mengaji atau tadarus

Ramai di pasar dan mall

Berguman, bercanda, habiskan THR

Untuk kepuasan diri

Mumpung katamu

.....

Ketika mendengar ASN dapat gaji ketiga belas, tunjangan kinerja,serta THR. Sungguh pekerja pabrik juga dapat THR walau tak seberapa. Syukuri, turut bersyukur jangan terbetik iri dan ataupun dengki.

"Utuh tanpa potongan kas bon dan tetek bengek iuran dari organisasi" seru mereka setengah berteriak walau kadang tubuh mereka dikorbankan sejak pagi hingga sore untuk target produksi dan keuntungan pemilik pabrik.

Nasib buruh sama di manapun upah selalu berbanding terbalik dengan harga kebutuhan pokok dimana lebih dulu naik daripada naiknya gaji buruh.

"Jadi mudik mas?" Tanya temanku

"Insyaallah" jawabku lirih

"Masih ragu..?" Tanya dia lagi

"Aku..niatkan dulu " jawabku enteng.

Rasanya pengen mudik karena godaan tiga hari libur, namun aku harus tahu diri ini tentang logistik yang entah mengapa membuatku bimbang hati ini.

"Aku juga pengen baju baru sekali setahun" rayumu

"Insyaallah aku belikan" jawabku

"Biasanya lupa" jawabnya

Lupa benar adanya, karena biasanya kamu beli sendiri lalu kamu pamerkan tubuhmu itu di kaca dinding kamar dan baju itu sampai terbawa tidur sampai pagi.

"Lupa, lupa bahagiakan istri"jawabmu sambil tertawa riang seperti tanpa beban.

Aku sendiri sudah berusaha keras untuk membahagiakanmu walau keadaan dan kenyataan tidak seperti yang diharapkannya. Aku tahu nasib ini belumlah membaik tetapi kerja keras harus itu jawaban nyataku.

"Aku ingin lihat gajimu mas"itulah yang membuatku gundah sejak sore kemarin, gaji, upah, sebuah kata yang tidak bisa aki ucapkan rasanya bibir ini terkunci.

"Sebenarnya aku tahu kesulitanmu itu mas, namun egomu itu apakah kamu lupa aku tetap mau membantumu tinggal butuh berapa aku berikan" kata Nita mantanku waktu kuliah dulu, sering aku menolaknya bantuannya bukan aku tidak mau tetapi perasaan istriku dirumah yang aku jaga.

"Terserah cari dimana rejeki mas asal mas tidak ngesot apalagi ngemis bantuan kepada mantanmu itu", seakan tembok itu membentur kepalaku, karena hebatnya keluarga Nita aku tidak percaya kalau aku mburuh di tempat usahanya juga akhirnya.

"Perasaan kamu yang punya kota ini" ketika aku bertanya kepada Nita

"Tahu ..lah semua bekerja keras mas..malu?"jawabnya padaku dengan seulas senyumnya yang dulu pernah aku miliki. "Kerja keras bener "jawabku sedikit kikuk ketika matanya itu berbinar menatapku sedikit menanyakan tatapanku ini.

"Aku bisa memberimu kesempatan kedua untuk semua ini"jawabnya ringan

"Bener, aku tidak bisa ambil lagi.."jawabku lagi

'Egomu.."keluhnya padaku.

Nita cintaku pertama hanya satu kesalahanku saat ini tetap berteman dan tetap menjaga hubungan baik kami. 

"Aku tetap istiqomah dengan yang dirumah" 

"Aku hanya ajak fun-fun saja, temani makan dan minum seperti dulu ..aku tahu"

"Aku "aku diam atas godaannya

"Aku tahu mas tuh istrimu gajinya gede  ha ha" aku heran

"Kok tahu?" Tanyaku

"Tahu saja"jawabnya lugaa

"Puasa" alasanku simpek

"Aku tahu  cuma...aku .mau kamu temani aku untuk majukan usaha ini"pertanyaan yang sulit cari jawabannya saat ini.

Seminggu sebelum lebaran benar-benar seperti di lautan pasir tanpa temukan oase dan itulah yang ditakutkan oleh aku lebih baik resign setelahnya.

"Emang  mas bisa beliin barang kok tiba-tiba aku di kirim ini mas?"  Tanya dia waktu ketika tiba-tiba Nita kirim barang tanpa sepengetahuan aku

"Oh dari kantor ",jawabku sedikit bohong.

Entahlah lebaran tahun ini harusnya aku temukan kebebasanku finansialku tetapi semua tetap tidak sesuai yang aku harapkan.

Hujan di Jogja bulan ramadhan ini seakan pertanda semua harus aku mulai dari nol seperti lorong-lorong Malioboro yang mulai sepi dari pedagang hanya pejalan kaki yang melenggang nikmati sepinya teriakan para PKL.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun