"Aku juga pengen baju baru sekali setahun" rayumu
"Insyaallah aku belikan" jawabku
"Biasanya lupa" jawabnya
Lupa benar adanya, karena biasanya kamu beli sendiri lalu kamu pamerkan tubuhmu itu di kaca dinding kamar dan baju itu sampai terbawa tidur sampai pagi.
"Lupa, lupa bahagiakan istri"jawabmu sambil tertawa riang seperti tanpa beban.
Aku sendiri sudah berusaha keras untuk membahagiakanmu walau keadaan dan kenyataan tidak seperti yang diharapkannya. Aku tahu nasib ini belumlah membaik tetapi kerja keras harus itu jawaban nyataku.
"Aku ingin lihat gajimu mas"itulah yang membuatku gundah sejak sore kemarin, gaji, upah, sebuah kata yang tidak bisa aki ucapkan rasanya bibir ini terkunci.
"Sebenarnya aku tahu kesulitanmu itu mas, namun egomu itu apakah kamu lupa aku tetap mau membantumu tinggal butuh berapa aku berikan" kata Nita mantanku waktu kuliah dulu, sering aku menolaknya bantuannya bukan aku tidak mau tetapi perasaan istriku dirumah yang aku jaga.
"Terserah cari dimana rejeki mas asal mas tidak ngesot apalagi ngemis bantuan kepada mantanmu itu", seakan tembok itu membentur kepalaku, karena hebatnya keluarga Nita aku tidak percaya kalau aku mburuh di tempat usahanya juga akhirnya.
"Perasaan kamu yang punya kota ini" ketika aku bertanya kepada Nita
"Tahu ..lah semua bekerja keras mas..malu?"jawabnya padaku dengan seulas senyumnya yang dulu pernah aku miliki. "Kerja keras bener "jawabku sedikit kikuk ketika matanya itu berbinar menatapku sedikit menanyakan tatapanku ini.