Demi waktu (4) Suatu hari di lebaran setahun lalu
Bakdo, lebaran ini tahun ini seakan mengulang kesedihan simbok, betapa ditengah kegembiraan ada rasa yang hilang.
Semua sudah merapat ke Jogja, kesibukan di rumah gaya joglp jawa itu semakin terasa, kamar-kamar dibuka dan dibersihkan untuk kenyambut semua yang datang ruang dibersihkan untuk menyambut hari kemenangan yang tinggal tujuh hari lagi ini.
Foto diruang tamu itu seakan menjadi saksi betapa cerianya moment lebaran di Jogja ini, semua beban seakan lunas, walau hampir dua tahun pandemi itu tak menyurutkan langkah mereka ke Jogja untuk kerumah tabon ini.
"Dibersihkan resiki, itu "kata seorang perempuan setengah baya menyuruh bibi dirumahnya ketika membuka kamar-kamar yang ada.
"Bi aku isih ora percaya"katanya setengah berbisik sambil menatap foto didinding tersebut.
"Sampun, sudah yang terjadi itu kersaning  Gusti Allah "jawabnya sedikit mengjibur sang majikan.
"Ngerti, tahu kan kamu sudah aku anggap sebagai keluargaku rasane ati, hati ini masih sakit rasanya "keluhnya lagi.
Betapa kehilangan itu sangat membuat gincang hati bu Projo, seorang yang masih keturunan ningrat itu harus kehilangan anak yang di cintainya saat moment lebaran tahun lalu.
Semua orang tahu pak Projo yang juga orang disegani di desa kami itu adalah mantan Panewu yang semua orang hormat padanya.