"Rumah seorang provokator di rusak massa "berita itu benar menyakitkan hatiku, tetapi perbedaan dan menemukan jalan lurus tetap aku tempuh walau aral melintang menghalanginya.
"Kami mengamankan warga karena anda menyuruh menolak proyek straregis nasional ini"itulah terakhir aku injakkan kaki di dusun ini.
Alasan klise untuk memperjuangkan rakyat biasanya hanya bumbu ormas tertentu untuk keruk keuntungan rakyat kecil, buatku fitnah itu sudah berlalu, toh aku  sudah menebusnya dengan waktu yang cukup lama.
"Jangan terlihat lagi "permohonan yang tidak bisa aku nalar.
"Mumpung ramadhan dik, aku ingin mengajar iqro dan tadarus di masjid kita dik"jawabku lagi.
Alasan ini yang aku rindukan untuk kembali ke kampung halamanku inilah yang ingin aku lakukan untuk menemukan kembali "rasa cinta"kepada kampung halamanku.
"Sebaiknya harus pergi menjauh dari kampung ini mas, kami tidak mau hasutanmu menghambat proyek ini", masih terngiang kata-kata itu di telingaku ini.
Walau aku tanpa sadari perubahan cepat kampungnya ternyata telah terjadi proyek nasional itu telah jadi walau melukai hati rakyat sampai kini.
Teman-teman aktivis seakan "dilupakan"walau memperjuangkan  rakyat tetap di pandang sebelah mata informasi itu selalu membanjiri medsosku, dada ini tetap sesak adanya.
"Ramadhan ini sebaiknya ustadz membimbing kami untuk hafalan al qur'an kami" itulah yang mematikku untuk kembali walau suasana hati adikku dan saudaraku masih serasa beda adanya saat ini.
"Pandangan, beda pendapat itu boleh asal tidak ajak  orang lain menolak proyek, camkan itu"