Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apel Ukraina (02) Aku, ayah, Kakak dan Mamaku

5 Maret 2022   12:40 Diperbarui: 6 Maret 2022   12:38 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apel ukraina (02)aku, ayah, kakak dan mamaku

24 februari 2022 Kiev ibukota Ukraina,

Kegentingan itu benar adanya kegentingan di awal musim dingin menambah rasa khawatir menjadi-jadi.

Kebun bunga matahari tinggal menghitung hari panen, tetapi semua pria tua dan muda harus dan siap wajib militer membela negeri Ukraina.

Bapak dan kakak tertua pamit kepada ibu aku hanya mendengar sayup-sayup dari kamar,

"Wajib militer ini semoga cepat berlalu istriku"sambil memeluk dan kulihat air mata ibu berlinang, kenapa harus ada perang.

'Kita akan bertemu lagi secepatnya mama" kakak berkata sambil memeluk ibunya air mata sekali lagi tumpah.

"Titip Rin, dan bila mengungsi ikuti perintah pemerintah"aku dengar ayah berkata pada ibu, sementara suara riuh sirine kendaraan perang melewati depan rumah kami.

Aku membuka pintu dan ayah serta kakak coba tersenyum padaku,

"Kita akan panen biji bunga matahari"kata ayah padaku.

"Kita juga akan panen apel besok bulan depan "tambah kakak menyemangatiku.

Aku hanya diam melihat mereka dengan pakaian loreng tentara dan taa ransel serta sepatu boot hitam itu.

"Kamu akan mengerti rin, jaga mama dimanapun"aku hanya mengangguk tanpa tahu apa yang aku ucapkan.

"Maafkan kakak tidak jadi beliin mainan itu, kakak hanya beri ini padamu Rin" ada kantong kertas yang diberikan padaku aku tidak mau tahu karena kemarin malam waktu valentine kakak tidak jadi belikan keinginannya, boneka beruang dan apel merah kesukaanku

Aku tidak suka kegaduhan dan perang ini, aku suka selancar di dunia maya, aku tidak suka perang, hatiku pilu melihat ibu menangis kepergian kedua orang yang kami cintai.

Truck-truck tentara berhenti dan menyuruh bapak dan kakak naik, sayup-sayup kudengar kakak berteriak kepada kami.

'Tetap semangat aku secepatnya kembali" lalu truck hijau itu hilang dari pandangan mata kami.

Semua seperti cepat berlalu beberapa kota d pinggir kota ibukota Kiev sudah dikuasai oleh agresor Rusia, 

Orang tua, ibu-ibu dan anak perempuan diharuskan mengungsi negeri tetangga Polandia dan Rumania.

Kami hanya membawa barang seadanya, jaket tebal dan makanan secukupnya untuk mengungsi serta beberapa uang kami juga hp kesayanganku yang harus aku bawa kemanapun aku pergi.

Semua kenangan itu harus kami lupakan ketika bersama kami orang tua, lanjut usia, ibu-ibu muda serta sebagian orang berkebutuhan khusus pergi  dan banyak perempuan muda serta ibu dengan bayinya juga mengungsi.

Kereta itu pelan menyusuri jalan keluar dari ibukota Kiev untuk ke arah Polandia. Aku melihat sebagian sisi negeriku dari balik jendela kereta api semua terpampang sisi kehancuran.

"Perang buatku adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang tidak bisa aku lupakan selama ego para penguasa masih dikedepankan tanpa menimbang nyawa dan benda di korbankan"

Bukan lewat layar Hp atau laptop tetapi nyata mata ini merekam dan tangan ini gemetar di sedikit sesaknya  kereta api malam ini.

"Kita sedikit terburu nak"kata mama padaku.

"Ini perang mama?" Tanyaku padanya

"Apa tahu kamu tentang perang sayang?" Kata mama sedikit hibur hatiku.

Seminggu sudah berlalu di pengungsian serasa semua waktu mencekam bangun tidur dengan rasa cemas akan masa depan tanpa akhir.

#sayyidj

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun