Sungguh sebenarnya gaung "kematian "Malioboro seakan sudah nyata dan akan tinggal sejarah karena tata kelola yang tidak profesional pemda DIY.
Setelah berdirinya bandara YIA pertumbuhan kota jadi ke arah barat banyak toko yang sedikit demi sedikit akan relokasi kesana apalagi bila jalan tol sudah jadi semakin sepi adanya.
Malioboro yang dulu sangat berbeda dengan saat sekarang, jauh, karena kehilangan ruh budaya, yang ada ruh bisnis dan cari untung.
Bila tempat wisata pedestrian itu jadi hanya akan utamakan bisnis bukan pupuk nilai budayanya itu nyata!
Langkah nyata pemkot kota Jogja dan Pemda DIY ini sungguh bagus untuk niat tumbuhkan kawasan nilai heritage pada selasar dan bangunan kunonya, tetapi sejarah keemasan jalan Malioboro ini kelak hanya terpaku pada nilai bisnis dan lupakan nilai yang lain.
Ning ngono yo ngono ning ojo ngono belajar kasus YIA ketika gubernur Jogja kalah karena salah menetapkan lahan maka relokasi PKL Malioboro ini harusnya arif dan bijaksana.
Pemaksaan kehendak akan lukai hati rakyat dan turunkan kepercayaan dan tingkat legitimasi pejabat DIY ingat itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H