Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

De-Soehartoisme Semakin Nyata Perlu Tafsir Kekinian Peristiwa Pemberontakaan PKI

30 September 2021   12:25 Diperbarui: 30 September 2021   12:34 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

De Soehartoisme semakin nyata perlu tafisr ke kinian peristiwa pemberontakan PKI

Sayyid Jumianto

September kelabu ini tidak akan pernah di lupakan dan jangan pernsh dilupakan adalah nyata adanya.

 Wacana penolakan nonton bareng film disebuah kawasan wilayah Jakarta sungguh sebuah langkah kecil untuk dukung pemerintah untuk take down film tersebut dari media pemerintah. 

Walau realita di lapangan, di media bagi video dan tv swasta masih menayangkannya secara bebas. 

Mawas diri itulah yang harus kita lakukan, sepertinya sinyal de Soehartoisme mulai dijalankan dengan ritme yang jelas seperti pelarangan penyiaran film  buatan Orde Baru ini.

 Momentum untuk ini jelas "penggeseran " patung di Kostrad jelas inilah sikap intiusi negara untuk lepas dari masa lalu dan jelaslah upaya ini sepertinya rapi dan jelas. 

Penguasaan Taman Mini Indonesia Indah oleh pemerintah dan penarikan aset cendana gedung Bimantara dan aset kekuarga cendana (karena terlibat utang BLBI trilyunan rupiah) oleh pemerintah sungguh inilah sebuah pukulan sendiri bagi trah Cendana saat ini.

Momentum yang tepat itu ternyata berbanding terbalik dengan adanya kemungkinan disusupinya intiusi tentara dengan di gesernya patung diorama di makostrad dan langsung dibantah sebagai sebuah fitnah yang keji bagi intiusi tersebut walau yang bicara adalah mantan panglimanya.

Sepertinya nanti bisa kita lihat reaksi dari penguasa saat ini sepertinya ini "bukan balas dendam masa lalu"

 Namun kita harus terima kenyataan apa artinya sebuah diorama, patung, atau rekief dinding untuk mengenang sesuatu yang menentukan bagi bangsa ini kalau "terlalu sakit' dikenang bagi mereka yang masih bertautan dengan sebuah peristiwa nasional yang kelam ini? 

Jawaban yang tidak mudah bagi kita karena perlu bukti ilmiah dan bukan duga-duga, atau analisa yang bernuansa fitnah harus kita hindari adanya.

Lihatlah dibeberapa revolusi ditimur tengah dan eropa timur betapa patung  stalin pun dirobohkan, juga patung sadam husain serta beberapa simbol lainya dirobohkan demi lampiaskan kemarahan dan ketidak sukaan atas penguasa massa lalu.

Kedewasaan politik

Nampaknya momentum peringatan peristiwa pemberontakan PKI dinegeri ini sudah menampakan bahwa elit penguasa saat ini terbelah jadi beberapa paradigma dan isyu kebangkitan PKI ini bisa jadi untuk sebuah motif tertentu bisa benar adanya.

 Para elit terbelah dalam paradigma bahwa isyu PKI bangkit hanya untuk komoditas politik tertentu demi kekuasaan tertentu yang pro penguasa lama sedangkan paradigma kedua yakin PKI tidak bangkit dan mengusahakannya untuk menjadikannya sebuah peristiwa masa lalu yang tidak ditakuti lagi sebab hantu PKI itu sudah tidak ada.

Namun kedua paradigma ini yakin bahwa belajar, kajian ilmiah dan kajian populer tentang pemberorakan PKI ini bisa kita lakukan demi terangnya untuk generasi yang akan datang.

 Artinya bukan pembenaran saat peristiwa nyata ini terjadi di medio 1965 sampai 1966 ansich tetapi tafsir kekinian yang  terjadi seakan stagnan walau sumber hidup saksi hidup pelaku, dokumen dan benda sebagai bukti masih ada belum sepenuhnya dipergunakan untuk mengkaji, dan menafsirkan yang dilandasi ideologi Pancasila dan UUD 1945

Saran

Apakah harus partai pemenang saat ini di bebani dengan masa lalu yang masih serasa meraba raba dalam gelap dan hanya tunduk pada kajian dan tafsir tunggal peristiwa pemberontakan PKI 1965 seperti saat ini. 

Sebuah keniscayaan adanya karena setiap penguasa punya sejarah dan juga membuat sejarahnya sendiri bukan merubah sejarah masa lalu bahkan mengkoreksipun tidak bisa jadi tidak boleh ini benar adanya.

 Monggo temuan baru tentang peristiwa kelam ini di share supaya tidak selalu kita di hantui doktrin masa lalu sebagai tafsir tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun