Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Bapak, 1965: Anak-anak Zaman (07)

9 September 2021   14:07 Diperbarui: 9 September 2021   14:11 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak Bapak, 1965 :Anak-anak Zaman (07)
Sayyid Jumianto

Waktu berbicara tarik menarik ideologi tak terhindarkan. Itulah yang dinamakan perang ideologi yang memperoleh angin segar dari ide Nasakom ya sang bung besar. 

Angin segar yang sedikit banyak membuat ideologi kiri semakin menjadi-jadi dan ditambah keadaan ekonomi yang sulit akhirnya membuat pemerintahan dan segi kehidupan terpengaruh lamgsung. 

Bapak sudah menangkap gejala-gejala ini dan selalu ingatkan akan ada " sesuatu yang buruk" entah kapan itu terjadi.

Bapak tahu karena pamflet-pamflet itu beredar provokasi itu ada karena persaingan diantara Nasionalis, Agama dan Komunis sungguh memicu sampai akar rumput.

Apakah kamu tahu perbenturan ideologi ini sebenarnya sudah bisa ditebak karena banyaknya organisasi politik yang tidak menetapkan satu azas saja kala itu.

Perbenturan ideologi dan persaingan antar partai berubah fitnah dan  membuahkan hasilnya dengan dibubarkannya beberapa partai yang "tidak sejalan" dengan pemerintah saat itu, di bekukan, dibubarkan serta dilarang karena dianggap makar.

Kedekatan partai kiri ini kepada pemerintah seakan sebuah tantangan (blok timur) ketika  itu RRC dan Uni soviet  sangat terasa pengaruhnya disini karena sedang perang dingin dengan Amerika (blok barat).

Imbas ini ternyata juga berimplikasi dengan rentetan kejadian seperti yang bapak khawatirkan pada kami "yen ana opo-opo rasah melu lan kagetan ugo gumunan"

Rasanya masih serasa bapak bercerita didepan mata kami selalu ku renungkan ucapan bapak kala itu hingga sekarang apa adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun