Bapak tidak seterkenal pelukis-pelukis istana yang hanya berkarya ketika menerima pesanan para pejabat negara.
 Idealisme itulah yang selalu buat kami takjub, membela yang papa, menegakkan ekonomi berdiri dikaki sendiri serta tidak tunduk pada lekuk dan liku kekuasaan saat itu.
Kebebasan yang selalu buat kuping penguasa merah bila mendengarnya. Kebebasan berkarya walau terhimpin beban ekonomi dan sosial yang tidak mendukung keadaan waktu membuat semua orang terlena janji-janji surga PKI kala itu.
Bukan ku ingatkan tentang bulan september ini yang sungguh bulan paling pilu buat bangsa ini. Apakah kamu tidak mau tahu bahwa kekuasaan, ideilogi dan sosial ekonomi itulah menjadi sumbu pendek sampai kini adanya.
Memamg jauh sekarang petualang-petualang politik lebih canggih daripada diera tahun 1960an semua memang beda. Kesempatan dan peluang itu tetap ada untuk memperjuangkan ideologi serta partainya demi kekuasaan yang akan datang.
#cerpen septemberÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H