Lomba Mural Gejayan memanggil kritisi kebijakan lewat Gambar
 Alsayyid jumiantoÂ
Sinyal pemerintah atas nama ketertiban umum tampaknya sudah sampai ke daerah-daerah.Â
Sinyal itu untuk conter back menyerang balik para penggiat mural yang kritisi pemerintah.Â
Pemicunya bisa jadi mural tetsebut mengganggu ketertiban umum dan nuansa politis lainya.
 Sebab penguasa saat ini sedang fokus pada penanganan pandemi virus covid 19 saat ini.Â
Mural beda dengan baliho salah satu politisi yang pemasangannya direstui pejabat terkair walau tidak empati pada masyarakat yang sedang terkena wabah corona saat ini.Â
Malah untuk pamerkan "syahwat politiknya" jelang 2024 kelak. Beda dengan mural memang memperjuangkan untuk arus bawah banyak halangannya. Namun suara rakyat kecil harus diperjuangkan benar adanya.
Mural beda dengan corat coret nama gank disudut-sudut kota khususnya di Jogja. Karena nama-nama genk sembarang mereka torehkan di pintu toko, roliing door mal dan rumah pribadi tanpa nuansa keindahan.Â
Coretan nama gank biasanya spontan dan biasanya bisa berujung perkelahaian antar Gank sekolahan. Inilah bedanya dengan mural
Nampaknya pesan istana untuk "basmi"muralis kritis ini bisa jadi linknya dari pusat dan bergulir ke daerah-daerah. "Mural kritisi pemerintah " kata sang wakil menteri ketika mengomentari mural "presiden J 404" Â
ketika perintah penghapusan  langsung dari pusat.
Lomba Mural
Agaknya respon penguasa yang "sedikit keras" ini juga didukung aparat daerah satpol pp, walikota, bupati serta pihak  kepolisian jelas hapus dan tangkap penghina "lambang negara" penjarakan!
Karenanya maklum"tidak mau dikritik" alasan sedang fokus tangani wabah covid ini sungguh nyata adanya.
Kelengahan gaya komunikasi inilah ternyata yang belum bisa diantisipasi oleh penguasa saat ini.
 Ketika aturan diperketat real virus penderitanya berkurang. Jangan lupa program bantuan sosial nampaknya juga maaf belum menyentuh semua rakyat keci, orang miskin kota dan buruh lainnya itu benar adanya.
Gejayan memamggil seakan antitesa bahwa penguasa saat ini harus diingatkan. Sebuah upaya untuk mengingatkan penguasa saat ini bahwa semua kebijaksanaan harusnya berpihak pada rakyat.
 Memang pandemi belum berakhir tetapi dampak sosial ekonomi sangat terasa hingga kini.Â
Seharusnya pemerintah arif dalam menjual isyu "mural" politis ini karena sudah ada uu yang mengaturnya tetapi lebih arif lagi harus tahu tentang apa yang mereka inginkan dalam kritik mural tersebut.
Karena nada-nadanya ada rasa "ketakutan" bisa buat opini tertentu dan menimbulkan rasa tidak aman (langgar ketertiban umum) juga disinyalir menghina "lambang negara" tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H