ketika perintah penghapusan  langsung dari pusat.
Lomba Mural
Agaknya respon penguasa yang "sedikit keras" ini juga didukung aparat daerah satpol pp, walikota, bupati serta pihak  kepolisian jelas hapus dan tangkap penghina "lambang negara" penjarakan!
Karenanya maklum"tidak mau dikritik" alasan sedang fokus tangani wabah covid ini sungguh nyata adanya.
Kelengahan gaya komunikasi inilah ternyata yang belum bisa diantisipasi oleh penguasa saat ini.
 Ketika aturan diperketat real virus penderitanya berkurang. Jangan lupa program bantuan sosial nampaknya juga maaf belum menyentuh semua rakyat keci, orang miskin kota dan buruh lainnya itu benar adanya.
Gejayan memamggil seakan antitesa bahwa penguasa saat ini harus diingatkan. Sebuah upaya untuk mengingatkan penguasa saat ini bahwa semua kebijaksanaan harusnya berpihak pada rakyat.
 Memang pandemi belum berakhir tetapi dampak sosial ekonomi sangat terasa hingga kini.Â
Seharusnya pemerintah arif dalam menjual isyu "mural" politis ini karena sudah ada uu yang mengaturnya tetapi lebih arif lagi harus tahu tentang apa yang mereka inginkan dalam kritik mural tersebut.
Karena nada-nadanya ada rasa "ketakutan" bisa buat opini tertentu dan menimbulkan rasa tidak aman (langgar ketertiban umum) juga disinyalir menghina "lambang negara" tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H