"Kalau siang banyak penjual burung sungguh asyik adanya"kata seorang pengunjung yang disitu kagum dengan suasana yang ada.Â
"Apalagi kalau malam disini juga lebih banyak burung mampir" kata si pemilik warung membuat ger semua pengunjung yang lesehan di warung ini.
 "Tidak takut sama burung?" Semua tertawa dengar pertanyaan ini.
 "Siapa takut" jawabnya manteb sungguh bisa cairkan suasana saat itu.
Aku baru ngeh dan tahu ternyata pemiliknya dulu mantan preman zaman Soeharto entah insyaf atau belum tetapi bisa dipilih jadi kepala desa di desa kami.
 Itu kata orang tua kami dan cerita para sesepuh, aku baru tahu karena itulah aku sedikit usir rasa penasarannya ini.
 "Jangan tanya pemilik warungnya ya "kata seorang yang sudah kami anggap tua di situ.Â
Semakin buat aku penasaran ini. "Dia juga akhirnya jadi anggota DPR" aku tambah ilmu lagi.
Semua seperti biasana gelak tawa pengunjung jadi saksi. Warung itu tidak pernah sepi walau menunya sederhana dan selalu ngangeni kata sebagaian orang.
 Aku salut dengan perjuangan wanita janda seseorang yang mungkin berjasa bagi desa kami.Â
Wanita penjual burung itulah yang mereka maksud sederhana, apa adanya, raut wajahya tidak pernah di glowingkan tetap cantik dengan tiga orang yang membantunya tanpa wigah wigih untuk membantu sesama seperti almarhum suaminya dulu.