Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Klitih di Jogja Bukan untuk Diburu Saja!

19 Agustus 2021   16:43 Diperbarui: 19 Agustus 2021   17:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klitih di Jogja bukan untuk diburu saja!

Sayyid jumianto

Sungguh perburuan itu diceritakan detil disebuah koran jaringan lokal dan semua tahu mereka niat baik. Saya sebagai warga Jogja sedikit lega dengan langkah mereka "memburu" dan mengeliminir kriminalitas jalanan ini.

Saya tidak bahas ini tetapi di sini Jogja ternyata  klitih sekarang ternyanta  sangat berbeda dengan tahun 1990an waktu saya SMA yang kebetulan saya sekolahnya di lor stasiun tugu yang dan selalu lewat kampung yang terkenal banyak premannya. 

Beda klitih dulu dan sekarang adalah dulu waktu pertandingan olah raga bisa jadi saling ejek  dilapangan lalu terjadi perkelahian. 

Bila sekarang geng sekolah turut membuat keruh suasana, apalagi ada beberapa motif yang landasi klitih sekarang dendam pribadi, dendam geng dan gengsi antar sekolah.

Saya tidak menjustice tentang klitih ini karena data dan fakta telah terjadi. Korbannya bukan saja sakit parah tetapi cacat seumur hidup bahkan tewas karena sebab tidak jelas.

 Sungguh ini bukan hanya perkelahian biasa tetapi klitih sudah sebagai "senang-senang membuat celaka orang lain". 

Bila tertangkap hanya dihukum pembinaan baru ada korban jiwa di hukum sesuai KUHP walau tetap dianggap anak dibawah umur insting membunuh karena motivasi pribadi atau bela kelompak (gang sekolah) tampak inilah resiko yang mereka sadari akan menimpa mereka.

Kadang kita ngeri dengan tindakan pengklitihan ini orang tidak tahu apa-apa dibabat pedang, dipukuli dan di clurit tanpa sebab bila apes bisa tewas, bila beruntung bisa hidup dengan cacat seumur hidup.


Haruskah diburu dan dibasmi, semua bisa di jawab dari segi ekonomi, sosial, kriminalitas. Artinya tidak baik kita memghukum badan atau fisik mereka saat ini.

Lihat latar belakang

Klitih di Jogja sebagaian besar pelakunya masih remaja demikian juga dengan korbanya juga masih muda dan remaja juga.


Para klitih sebagaian pelakunya dari keluarga yang bermasalah seperti broken home dan sebagaian jauh dari keluarga anak kost, anak yang dititipkan kepada kakek neneknya. 

Maka pergaulan mereka ada yang menjurus pada kesenangan diri dan menunjukkan eksistensinya dengan membuat gank sekolah.

 Unjuk giginya dengan pesta miras, penyerangan kelompok gank lain dan juga serangan acak demi eksistensi (sebagai syarat masuk gank tersebut).

 Mereka anak-anak korban benturan sosial yang juga terjerumus pada miras serta narkoba, sebagaian anak baik-baik yang salah pergaulan dan jadi korban menjadi ikut-ikutan nglitih.

Saran

Aksi-aksi klitih memang sporadis tetapi juga ada yang direncanakan juga lewat "janji perang gank" di medsos (yang pernah terungkap tim cyber) juga spontan ketika salah satu anggota gank terkena masalah mereka akan memburu siapa yang membuat masalah dengan mereka yang ujungnya tindakan kriminal, pengeroyokan, pembacokan dan pembunuhan. 

Inilah yang dinamakan resistensi sosial pertempuran kembang (perang kembang) yang keblinger bukan unjuk prestasi tetapi unjuk kebencian dan frustasi.

 Kelihatannya bukan di Jogja saja keadaan ini apalagi pandemi ini membuat anak remaja terkurung tetapi jiwa mereka sedang memberontak untuk tunjukkan jati diri walau salah jalan adanya.

Lihat pergaulan anak lihat hpnya, tegur bila pulang malam lebih dari jam.pulang terus awasi, pupuk kasih sayang

Perhatian orang tua ternyata bisa "memburu "anaknya untuk tidak jadi klitih.

Bila niat dan motivasi berkelahinya selalu muncul maka salurkan ke klub bela diri atau tinju terdekat.

Kunci utama perhatian keluarga, kehangatan hubungan orang tua dan kasih sayang.

#tulisan ini sekedar renungan saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun