Sorban sang habieb
Semua orang di kerahkan dan semua umbul-umbul di pasang entah apa yang di buat aku belum ngeh dan menegrti, karena biasanya kalau umbul-umbul dan bendera di pasang adalah waktu hari kemerdekaan agustusan kata semua orang, tetapi hari ini  lain dari yang lain.
Semua jalan dan gang di bersihkan nampak beberapa foto di pasang di pagar-pagar dan tembok rumah juga di pohon-pohon sayang sekali mereka memakunya di pohon yang hidup demi menyambut  kedatangannya
"semua pohon di pangkas sayang " kata tetua desa
"ben, biar terang pak" kata pemuda yang kebetulan baru saja turun dari pohon yang di tebasnya tadi
"kudune, sebernarnya tidak usah dipangakas biar sejuk" keluh bapak tua tadi
'mintanya panitia begitu pak" jawab sang pemuda sambil pergi kearah tempat makan minum di pinggir jalan itu,
Bukan hanya bapak-bapak dan pemuda ibu-ibu juga dikerahkan untuk membuat rangsum makanan ringan demi menunggu  tamu istimewa itu demiini mereka rela mengeluarkan  beberapa lembar uang dan hasil bumi yang mereka punya untuk menyambut kedatangannya.
"besok beliau pulang dari arab" kata seorang tetua desa kami
Memang sudah bebrapa tahun ini sang habieb yang mempunyai pengaruh di kampung kami "pergi " ke arab sana katanya untuk menimba ilmu dan mencari dana bagi rumah-rumah ibadah kami.
"nanti tanah yang kita wakafkan akan di buatkan oleh beliau sebuah pondok pesantren dan didalamnya  ada masjidnya" kata bapak disebelahku lagi
"memang ini dulu tanah dari beberapa orang desa kami sudah diserahkan padanya termasuk  sertifikat tanah yang kami berikan pada sang habieb dan nampaknya keinginan kami untuk membuat pondok pesantren akan terwujud nyata  yang didalamya ada sekolahan untuk anak dan cucu-cucu kami" katanya lagi didepan kami semua.
"dari arab oleh-oleh uang riyal dan onta" celetuk lainya yang  membuat kami tertawa bersama-sama. Semua sangat senang dan gembira seolah menunggu tamu agung yang sudah lama kami tunggu demi kemajuan desa kami yang entah mengapa kami menaruh harap banyak padanya dan inilah yang membuat kami opimis akan semua ini.
Aku baru tahu
Tanah yang di utara desa kami yang semula lahan sawah subur dan kebun tegalan yang  punya sebagaian di berikan pada sang habieb dan janji-janji manis itu mereka tunggu sampai akhir  tahun 2020an
"kami sangat gembira sehingga kami akan menyambutnya dengan suka cita  dan sungguh inilah karuaniaNya untuk kita semua" kata seorang pemuda yang  jelas aktivis keagamaan di tempat kami.
Tiba-tiba hujan dan awan hitam seakan menyambut semua yang ada ini memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi dan inilah yang entah mengapa semua jadi berbalik arah terbalik seribu derajat.
Pagi itu ada rombongan mobil yang entah bagaiaman membuat kami semua senang karena  itulah "sang habieb" dan tamu yang kami tunggu sampai hari ini
"mongg pak kami sudh menanti sejak kemarin" jawab teua desa kami
"mari ini makanan dan minuman sudha kami siapakan" jawab ibu-ibu juga
Tamu itu  menghormati kami makan dan minum ala kadarnya yang  kami suguhkan secara gotong royong itu dan ketika kami menanyakan nama sang habieb bukan jawaban enak yang kami dapat tetapi kabar sangat membuat duka dan luka hati kami
Ketika itu Semua berlangsung biasa dengan protokol kesehatan dan semua tamu yang turun dari mobil itu kami lihat tidak ada"sang habieb" yang kami tunggu dan inilah yang membuat kami sedikit masgul.
"maaf saudara-saudara kami bukan dari arab  kami dari satgas kepolisian dan komisi pemberantasan korupsi ingin menyakasikan bukti nyata"
"dari kepolisian?" semua  orang bertanya dan saling melihat
"ini kalian tahu kan saudara-saudara?" polisi itu menunjukkan foto sang habieb yang bersorban dan sungguh membuat kami terhenyak
"dia penipu, maaf semua orang di tipu dengan simbol sorban dikepalanya" kata sang polisi yang entah mengapa membuat kami geram melihatnya.
Sungguh sedih adalah bapak tua dan bapakku sendiri yang merelakan sebidang tanah kami untuk di buatkan sebuah pondok akhirnya hilang tak berbekas
"jadi tanah di utara desa itu kami sita untuk jadi bukti bahwa sang habieb palsu ini seorang penipu ulung yang kerjanya menipu sana sini dan membobol bank sana-sini demi kerakusannya  dan kehidupan foya-foya yang di jalankannya"
Sepertinya mendung hujan petir sore tadi mengisyaratkan pada kami bahwa semua harus diterima adanya tentang nasib, kepercayaan dan kepercayaan yang ternyata disalah gunakan oeleh habieb palsu ini.
--------
sorban sang habieb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H