Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sorban Sang Habieb

9 November 2020   12:27 Diperbarui: 9 November 2020   12:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"memang ini dulu tanah dari beberapa orang desa kami sudah diserahkan padanya termasuk  sertifikat tanah yang kami berikan pada sang habieb dan nampaknya keinginan kami untuk membuat pondok pesantren akan terwujud nyata  yang didalamya ada sekolahan untuk anak dan cucu-cucu kami" katanya lagi didepan kami semua.

"dari arab oleh-oleh uang riyal dan onta" celetuk lainya yang  membuat kami tertawa bersama-sama. Semua sangat senang dan gembira seolah menunggu tamu agung yang sudah lama kami tunggu demi kemajuan desa kami yang entah mengapa kami menaruh harap banyak padanya dan inilah yang membuat kami opimis akan semua ini.

Aku baru tahu

Tanah yang di utara desa kami yang semula lahan sawah subur dan kebun tegalan yang  punya sebagaian di berikan pada sang habieb dan janji-janji manis itu mereka tunggu sampai akhir  tahun 2020an

"kami sangat gembira sehingga kami akan menyambutnya dengan suka cita  dan sungguh inilah karuaniaNya untuk kita semua" kata seorang pemuda yang  jelas aktivis keagamaan di tempat kami.

Tiba-tiba hujan dan awan hitam seakan menyambut semua yang ada ini memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi dan inilah yang entah mengapa semua jadi berbalik arah terbalik seribu derajat.

Pagi itu ada rombongan mobil yang entah bagaiaman membuat kami semua senang karena  itulah "sang habieb" dan tamu yang kami tunggu sampai hari ini

"mongg pak kami sudh menanti sejak kemarin" jawab teua desa kami

"mari ini makanan dan minuman sudha kami siapakan" jawab ibu-ibu juga

Tamu itu  menghormati kami makan dan minum ala kadarnya yang  kami suguhkan secara gotong royong itu dan ketika kami menanyakan nama sang habieb bukan jawaban enak yang kami dapat tetapi kabar sangat membuat duka dan luka hati kami

Ketika itu Semua berlangsung biasa dengan protokol kesehatan dan semua tamu yang turun dari mobil itu kami lihat tidak ada"sang habieb" yang kami tunggu dan inilah yang membuat kami sedikit masgul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun