Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Keong sawah

18 Desember 2019   10:39 Diperbarui: 18 Desember 2019   10:42 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun 80an adalah nyata

Bapak yang seorang hidupi kami berenam

Makan seadanya

Beras jatah ir4 seperti makanan ternak

Dicampur tepung gaplek dari gunung kidul  karena bapak ngajar disana

Pulang selalu dibawakan oleh walimurid gaplek yang harus ditumbuk jadi tepung oleh ibu supaya bisa dimakan kami

Kisah yang tidak terlupakan

Bila ribut soal lobster kami sudah tak kaget lagi

Desember ketika hujan berkah datang

Kakakku selalu pulang  sekolah dengan oleh-olehnya

Sekeranjang tutut sawah

Sekeranjang keong sawah

Walau ibu marah

Kami senang bisa makan enak

Zaman terulang

Sekarang hanya untuk makan bebek

Padahal dulu selamatkan perut kami dari lapar

Kata sang pedagang

Keong sudah lama di ekspor ke luar negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun