Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Daun-daun Jati Berguguran Jadi Saksi (3) Sedingin Embun Pagi

26 Juni 2019   09:35 Diperbarui: 26 Juni 2019   09:40 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita sebelumnya  

Daun-daun jati berguguran jadi saksi (3) sedingin embun pagi

Embun pagi

Selalu bangunkanku
untuk hirup nafas ini
menghalau mimpi semalam

menghilangkan nafas malas
berdiri
untuk tatap mentari pagi
yang selalu tepat janji munculnya

kokap 26 juni2019

Sepagi ini aku makanya malas-malasan banget untuk bangun rasanya ingin tidur lagi.

Sementara aku ingin langsung mandi tetapi udara di ujung kemarau awal ini sungguh membuat hatiku risau dingin .

Kenapa aku resah karena aku harus malas-malasan mengambil air di bak dekat mushola adalah sesuatu banget sudah seperti di kota tinggal pencet pompa air dan putar maka air mandi pun sudah tersedia. Aku dan adikku di desa ini sungguh amat sedikit tersiksa tetapi mungkin ayah dan ibuku sudah ber keinginan lain di desa ini tempat kakek dan nenek dulu masih Sugeng tidak tercemar udaranya segar dan sungguh sangat enak untuk untuk bekerja di desa ini aku hanya seorang guru honorer swasta di sekolah sekolah luar biasa.

Sinyal Hp disini seakan juga tidak kompromi kadang penuh juga kadang tidak ada maklum daerah pegununungan sekitar bukit Menoreh ini membuat gap sinyal Hp, Tv kadang juga tidak ada, hanya sementara ikutan nimbrung wifi sekolahan saja kalau benar-benar paketan data tongpes alias tidak bisa beli.

"masih tidak mau mas lihat cewek cantik kemarin?"itulah goda adikku padaku sementara Tin selalu cemburu bila Wa padaku,

"masih adakah dihatimu cewe cantik selain aku?" aku tidak akan jawab soal ini tetapi kalau lihat yang lain rasanya bergetar hati ini juga.

"belum punya pacar to mas dikota?"

"aku..." aku tidak bisa bohongi diriku apakah  ini yang namanya mendua hati, aku diam.

"disini tempat sejuk lari dari kota" adikku yang hampir setahun di desa ini yakinkanku tentang wilayah ini yang entah berapa tahun kedepan buatku siap hadapi tantangan sebagai guru kini yang kekinian untuk murid-murid SLB ku nanti.

"kamu bebas disini dik sudah hafal suasananya "jawabku sekenanya.

"tetap belum apalagi sama cewek cantik itu kak"jawabanya buatku kami tertawa lepas

#sedinginnyakokap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun