Daun-daun jati berguguran jadi saksi (3) sedingin embun pagi
Embun pagi
Selalu bangunkanku
untuk hirup nafas ini
menghalau mimpi semalam
menghilangkan nafas malas
berdiri
untuk tatap mentari pagi
yang selalu tepat janji munculnya
kokap 26 juni2019
Sepagi ini aku makanya malas-malasan banget untuk bangun rasanya ingin tidur lagi.
Sementara aku ingin langsung mandi tetapi udara di ujung kemarau awal ini sungguh membuat hatiku risau dingin .
Kenapa aku resah karena aku harus malas-malasan mengambil air di bak dekat mushola adalah sesuatu banget sudah seperti di kota tinggal pencet pompa air dan putar maka air mandi pun sudah tersedia. Aku dan adikku di desa ini sungguh amat sedikit tersiksa tetapi mungkin ayah dan ibuku sudah ber keinginan lain di desa ini tempat kakek dan nenek dulu masih Sugeng tidak tercemar udaranya segar dan sungguh sangat enak untuk untuk bekerja di desa ini aku hanya seorang guru honorer swasta di sekolah sekolah luar biasa.
Sinyal Hp disini seakan juga tidak kompromi kadang penuh juga kadang tidak ada maklum daerah pegununungan sekitar bukit Menoreh ini membuat gap sinyal Hp, Tv kadang juga tidak ada, hanya sementara ikutan nimbrung wifi sekolahan saja kalau benar-benar paketan data tongpes alias tidak bisa beli.
"masih tidak mau mas lihat cewek cantik kemarin?"itulah goda adikku padaku sementara Tin selalu cemburu bila Wa padaku,
"masih adakah dihatimu cewe cantik selain aku?" aku tidak akan jawab soal ini tetapi kalau lihat yang lain rasanya bergetar hati ini juga.