Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan

7 Juli 2017   11:29 Diperbarui: 7 Juli 2017   11:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua puluh tahun tak terasa semua berjalan apa adanya semua berlalu sejak reaktor nuklir itu meledak hingga ribuan orang harus diungsikan meninggalkan kota tercinta semua ditinggalkan prung begitu saja demi nyawa manusia. Telepon itu masih terngiang ditelinga, ini bukan bencana alam ini bencana buatan manusia meledaknya reaktor nuklir!

"Remi ini bukan akhir kita" hiburku pada kekasihku saat itu .

"semua hilang tak berbekas" keluhnya dengan tangis tertahan.

Aku hanya seorang yang mempunyai keberuntungan saat bisa belajar dan studi gratis di negerimu.

"tapi mas pulang setelah kejadian ini?" rajukkku

"aku akan lapor dikedutaanku dulu dan semua harus sesuai.prosedur " jawabku

Dinas penerangan dan informasi akhirnya membuat pembatasan dan karantina buat yang terdampak bencana ini dan  merawat yang luka dan meninggal.

"saudara tidak bisa menemui mereka baik-baik saja sampai.." jelas petugas keamanan mencegahku.

"sampai apa pak?" tanyaku pada mereka.

"sampai kadar radiasi mereka dekati nol" jawabnya

"aku mau temui kekasihku pak?" mintaku dengan iba.

"kekasih? istri, suami dan bahkan anak dilarang!"jawabnya tegas.

Harapanku meredup hanya hp yang bisa obati, percakapan, sms, sekali videocall denganmu.

**

"aku akan bertemu denganmu"rayuku

"aku sudah tua mas" jawabnya sendu

"masa karantina itu" selorohku

"kami terdampak radiasi nuklir mas perlu waktu bertahun-tahun untuk hilangkan" dia coba terangkan

"aku selalu mencintaimu sayang" kembali rayuanku padanya.

"aku kalau malam bersinar mas"  senyum itu

"kenapa sayang?" tanyaku

"aku akan. tetap bahagiakanmu mas walau apa terjadi bahkan ini..." jawabnya

"ini apa?" tanyaku

"kami para wanita kelak menjadi steril dan tidak akan beri keturunan mas, ini nyata" jawabnya tanpa kedip

"aku tetap cinta padamu" jawabku

"betul? mas aku juga cinta dan sayang padamu" jawabnya.

Semua kembali sunyi senyap ditinggalkan.

#sayangpadamu

Kehilangan

: al-sayyid jumianto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun