[caption caption=""]Laptop itu menulis kata seperti waktu masih digunakan sang penulisnya, laptop keluaran lama,buntut lagi dan tebal.
Kamar yang mulai berdebu.dan banyak rumah laba-labanya nampak beberapa memo masih menempel di tembok kamar
"Aku akan mati membawa novelku"
Besar tulisan di tembok itu sepertinya penulis ingin meramalkan kematian sendiri!
Memang hampir setahun kamar ini tidak terurus disapupun tidak tetapi arwah sang penulis yang selalu ditolak penerbit seakan tidak berhenti menulis dilaptopnya,!
Saudaranya dan perangkat desa baru tahu ternyata laptop iti biasa dipakai untuk menulis dan tidak pernah mati sederikpun inilah kehebatan sang penulis ini.
Bukan uang atau harta hanya sebuah pengakuan, bukan pengen menang even menulis atau lomba karya tulis, hanya pengakuan dan nguwongke!
"Kalau mau makan ya jangan nulis, kerja!"
Bukan sok idealis penulis pengarang bukan hanya jalan kepuasan materi tetapi juga bathin apabila dibaca orang banyak tulisannya.
Tetapi sang penulis sudah mati rasa dan raga dihargai atau tidak tetap disyukuri!
"Kamarnya penuh sobekan kertas"
"Secepat itu dia pergi"
"Bagus idenya sayang..."
"Tidak ada yang mau
Sang pengarang memang tewas tertabrak kereta dengan senyum masih membawa dekapan nasib naskah yang kabur berserakan menguyur tubuhnya...
Tetap gentayangan menulis.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H