Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel (44)

27 Juni 2016   15:46 Diperbarui: 27 Juni 2016   17:28 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-43-sebuah-novel_5725b66b5097731105a9454"puasa ini mungin terahir bagi kita mbok"

"jangan begitu nduk, kenapa?"

"proyek itu sudah mau jalan dengan>>"

"tanpa melihat rasa dan hati kita?"

"nggih mbok"

"apa benar?"

"dikoran sudah ada itu dananya 7 trilyun mbo"

"oakeh banget?, banyak sekali itu nduk.."

"ya bagaimanapun inilah keadaan yang sebenarnya untuk demi pembangunan mbok"

Semua diam menunggu buka di akhir ramadhan yang mengelisahkan, konon awal juli ya awal syawal akan di laksanakan proyek bandara ini karena sudah sepakatnya antara pemegang saham dari swasta dan lahan dari pemerintah, tetanang lahan rakyat ya di abaikan harga tanah dan harga diri mereka termasukd i beli untuk proyek bandara ini.  Menunggu Buka yang mengelisahkan, bahkan bila Allah swt berkenan aku dan keluargaku terutama simbok dan sedukur disini aku tidak mau mereka tercera berai dan hilang sedulurnya karena mega proyek ini.

"inilah puasa kita yang terakgir nduk"

"aku tahu mbok sebelum mesin-mesin bego, traktor itu  menghujamkan paku bumi pada bumi kita ini"

"pasrah nduk sing kuasa ya begini, pasarah pada Allash swt"

"tetapi aku tetap tidak mau nurut pada pakdhe mbo"

"aku tahu kerasnyahatimu sama dengan bapakmu"

Memang bandara ini akan segera di lanjutkan proyeknya demi rakyat konon katanya demi mengangkat kehidupan rakyat di kabpaten kulon kali prekasas

dan inilah mega prestesius yang membuat hati dan perasaan menghujan, sakit dan duka sebagai pengorbanan dari rakyat demi mega proyek ini rasa yang

tidak bisa di beli dengan harga tujuh trilyunpun rasanya, dalam penghujung ramadahn yang mengelisahkan dada ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun