#TantanganMenulisNovel100HariHari ke 69
CINTA, BUKAN NAFSU (5)
Kadang semua lupa
entah mengapa
hanya buah madu
atau pahit empedu
semua rasa
terbukti nyata
dalam hati
yang entah mengpa
menyipan dendam
yang baranya
membuat terbakar
semua
….
2juni2016 aq masih di Jogja, Al Mur’ah Sayyid jumi Anto
“Bila kami mencintai setulus hati tidak salah kan?’
“itulah yang membuat aku serba salah mas ganteng”
“andai bisa di belah menjadi dua”
“tidaklah”
“hatimu”
“benar tidak …”
Tidak bisa di pungkir aku tidak bisa menolak cinta kedua pria ini karena bagaimanapun aku sadari mereka mencintaiku dengan tulus dan hati yang dalam aku takjub atas do’a-do’a yang di kabulkanNya dengan ujian juga yang menyertainya.
“aku belum bisa berharap banyak”
“aku tahu Biru”
“aku masih terkenang mas Harun”
“tetapi aku juga tahu itu, hati belum tentu bisa berubah seketika”
“hanya waktu mas, aku sebenarnya juga ada yang nawarin..”
“benar laku biru kamu tentang apa?”
“mau dijadikan istri kedua “
“kamu mau biru?”
“belum aku jawab”
“kakak ipar ya?”
“kok tahu?”
“aku tahu, mba sri dulu kakak kelas waktu SMA”
“Jadi mas?”
“aku tahu mereka anak orang kaya”
“aku tahu mas, bukan itu maksudku”
“jadi istri kedua dan mendapat cabang usahanya”
“wow bagus itu, “
“tidak bisa, aku ingin punya suami dari masa lalu aku saja
Mas ganteng diam dan aku berasa kembali ke awal kami bertemu di depan kampus ini juga , dan diwarung burjo ini cintakami bersemi aku memang tidak konsiten dalam hidup ini kadang semua situasi aku hadapi dengan tabah dan juga mawas diri tetapi aku dapat mellow berhari-hari bila seua keinginan aku tidak bis terpenuhi, manja!
“kok diam biru?”
“aku hanya terkenang masa lalu kita mas”
“semua harus di kendalikan”
“tentang perasaan yang mulai tumbih lagi, atau hilang”
“menghilang”
“diatas bara api asmara..”
“tentang hari yang teah berlalu”
“dalam sepi”
“angin menghablur dan pergi..”
“konsisten”
“aku tahu”
“pahit, “
“jangan sesali masa lalu kita”
“dan jangan kembalikan waktu sedih itu”
“aku tahu biru”
“jelang maghrib”
“umur kita”
“yang tidak bisa kembali”
“karena, “
“waktu yang hilang”
“menjerat asa’
“dan hilang…”
“ditelan senja”
Berdua dalam kenangan lama yang entah mengapa tidak semanis madu, apakah aku harus menuruti mba sri untuk jadi istri kedua mas bejo ataukah aku harus konsiten kembali menjadi singel mother yang menjadi bapak dan sekaligus ibu bagi kedua anakku?”
Tiba-tiba ada telepon di hp dan aku mengangkatnya
“bu ini Min”
“ada apa?”
“mba mau beli sate ayam”
“boleh”
Aku hanya diam disini ketegaran harus di lakukan demi kami bertiga ya benginlah kami, kadang ada rasa bersalah aku dengan kedua anakku yang aku tinggal bekerja dan pulang agak terlambat ini.
“maaf mba min aku nanti agak lambat pulangnya’
“ya bu”
mba min menyudahi teleponnya
“siapa biru?”
“mba min, asisten rumah tangga kami”
“ya begitulah”
“mengapa malu pacaran sama janda anak dua”
“bukan”
“mengapa?”
“beruntung”
aku diam dia agaknya mau membuat aku gembira
“marah ya?”
“ya ngapain?”
“ha hahhahaha..” tertawa keras aku dibuat kaget
“diwarung nieh mas”
“ya…”
Aku sedikit tahu karakternya yang tidak mau ada orang diam sedih dan tidak punya semangat dan aku juga tahu dia begitu semangatnya sehingga kadang membuat kaget orang di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H