Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 35

17 Maret 2016   21:25 Diperbarui: 17 Maret 2016   21:31 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption] ini cerita yang kemarin : http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-34_56e92444c623bd17300bf353

Benar kat simbok seperti lautan yang diselatan desa kami, laut pantai pucuk tebu dan pelabuhan baru  tanjung negara besar adalah kenyataan yang tidak bisa aku sembunyikan sebagi bahan "lari" sebagaian pernah aku susuri dengan kaki ini.

Akankah semilir lautan ini akan berganti dengan seru dan deru kendaraan, transportasi yang mulai riuh dan menghilangakn alur semilir angin di pedesaan kami, apakah rindu hijau  in iakan hilang dengansenyum penuhamarah disetiap sudut desa-desa kami adalah kenyataan yang didepan mata.

Anginmu akan hilang

tergantikan deru mesin

sawahmu juga akan hilang tergantikan apartemen dan gedung penuh jualan

deretan toko yang membuat wajah desa menajdi kota

tidak ada senyum ketulusan lagi

diantara senyum yang hilang dalam gelapnya birokrasi dan manajemen uang

terbeli hati dan nuranimu

Tidak semua yang menentang adalah tidak mau ada kemajuan, tetapi sebaiknya apakah manut grubyuk juga baik untuk semua tanpa koreksi dan pertimbangan demi dan demi kemajuandan investor nampaknay sudah dilakukan yang namanya "pemaksaan"halus terhadap warga desa kami yang kena langsung maupun tidak kena langsung, ya terdampak mega proyek ini.

"kamu jangan sampai dianggap ngompori ya nduk? tanya seorang perangkat desa padaku

"tidak aku hanya minta yang baik saja buat warga pak"jawabku diplomatis

"namanya sama saja kamuikutan tidak mendukung  mega proyek ini" agak marah dia padaku

"akami konsistenpak bila ini untuk kami yang bagus kami pilih kok"jelasku padanya

"sama kamu jangan panasin suasana ya nduk "harap dia padaku

"tentang rumahkami yang dirusak?' balik aku bertanya padanya

"ah itu cuma kena lantai nduk' elaknya padaku

"cuma pak? kalau rumah bapak bagaimana?"

"aku lapor polisi saja "

'sama kan?"

"ya"

"saya bukan manasi susana pak,kami masih belum sepaham dengan upaya pembebasan tanah ini"

"yang lain sudah tinggald isini nduk"

"silahkan pak" diapergi karena tidak terima saya membantahnya..

 

BERSAMBUNG...

 

Ngompori: membuat panas suasanae

manut grubyug:ikutan walau tidak tahu masalahnya

manas-manasin: provokator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun