[caption caption="alsayid ja.paint"][/caption]
Â
Belum juga kering baju ini hujan sore ini semakin deras, gerimis seakan menumpah di kota Batas, desa Pembagian kami basah kuyub oleh hujan kali ini tidak tahu, siang panas, malam hujan, sore panas  pagi hujan. Sebagaian orang tidak ikhlas bila hujan datang tetapi kami para petani dan penggarap ladang dan sawah seakan berharap hujan akan kembali deras untuk membasahi calon-clon tanaman yang kami harapkan tumbuh untuk memenuhi niat dan harapan hidup kami.
Sore yang aneh, dan bukan aneh karena sore ini benar-benar aneh hujan seakan tertumpah dari langit dan membuat  baju-baju yang aku cuci seakan kembali  ke ember-ember  dan masih basah karena hujan tiba-tiba semakin deras.
"ayo diambil tuh jemurannya" akta simbok padaku
"Nggih "
"kamu tahu ini musim yang aneh nduk setelah gerhana matahari, hujan sehari, panas sehari  nampaknya sebagai ujian maret ini"
"tetapi mbok ini aneh ya?"
"apa benar pranata mongso  sudah tidak dipakai nduk"
"apa itu ?"
"ah kamu nduk tidak pernah belajar, perhitungan tentang musim itu.,,"
"oh begitu? "aku smabil mengemasi jemuran dan hanger-hanger baju itu aku loroti masukan kembali ke tali-tali yang sengaja untuk memajang jemuran dlam rumah kami entah musim yang aneh begitu simbok berkata padaku dan ada hati yang aneh didalam hati ini.
" ettapi inikan musim hujan ya?"
"tidak  juga, ora nduk kudhune yo wes ketiga"
aku diam, sementar lik Tum disebelah simbok tertwa kecil dan membuatku bertanya
"ada apa lik?"
"itu ad ayang malas dan bete belum kering sudah dihujani lagi"
bu lik tum tertawa  aku juga tertwa menghitung nasib jemuranku ini, aku mengejar mau mencubitnya simbok menghalanginya, yah lik Tum juga sebaya simbok , kalau simbok empat puluhan tahun, bu Lik sekira tig puluhan liama tahun, aku tahu , gemas aku dibuatnya.
"sudah Tum nanti pada gojek kok kaya kucing dan anjing"
kami tertwa walau hujan rintik itu kembali deras dengan guntur dan kilat yang entah mengapa membuat kami bertiga pada diam
"tuh kan gunturnya tidak rela  kita pada guyonan" sela simbok padaku
"aku mbereskan  gaweanku yo..." kata lik Tum ngeloyor pergi, memang kami juga membungkusi sayuran untuk dijual ke pasar esok paginya kadang kami juga diambilpara mbok bakul bebarap sayur yang kami bungkus dengan palastik  ini.
Â
Sore  ini
Â
aku dan simbok berdamai
dengan hujan
dengan marahnya guntur
Â
bu lik senyum
walau kecutÂ
gabahnya belum kering
Â
sayurannya belum dikemasi semua
aku hanya manyun
cucianku belum juga kering
Â
semoga..
semua menjadi nyata
yang terbaik buat kami
Â
semuanya
yang ada
Â
ada yang aneh dengan cuaca sore ini benar adanya karena ada  yang salah dengan musim hari ini aku hanya berharap bahwa  inilah agar kita bersyukur atas karuniaNYa ini!Â
BERSAMBUNG...
Â
Lagi wae di tulis neng kompasiana
Â
gaweanku=pekerjaanku
Lorot= ambili
ketiga=musim kemarau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H