Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Bukan Kehendak Kami

2 Maret 2016   15:24 Diperbarui: 2 Maret 2016   15:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

MINGGU PERTAMA TERINSPIRASI PUISI( KARYA INI TERINSPIRASI DARI  SEPENGGAL PUISI WIJI TUKUL)

 

…..suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan , dituduh subversive dan menggangu keamanan, maka hanya satu kata : Lawan ! Wiji Tukul  *

Rakyat sudah lama jenuh dengan janji-janji presiden petruk dalam keadaan lapar masih di bebani mega proyekmu kolaborsi  BUMNmu dan Konglemarat swasta yang tidak berhati nurani lagi.

“pokoknya  tidak usah menyerah apa yang mereka katakana kita tidak boleh kalah bukankah kita masih berkeinginan kembalikan tanah, sawah dan lading kita yang kena rencana mega proyek bandara ini? berapi-api mba Nur,  seorang  guru di kota Batas membakar para hadirin di pendapa depan rumahnya yang juga akan terkena imbas mega proyek ini, proyek bandara internasional.

Semua setuju dalam keluh dan lapar mempertahankan sebidang tanah dan ladang yang juga tanah tumpah darah mereka.

Pagi yang indah membuat khalayak terhenyak  Mba Nur di tangkap karena membuat kegaduhan, menghasut rang banyak untuk melawan presiden petruk, mba Nur di gelandang ke kantor polisi dan semua menjadi sepi kembali, menyerah kalah oleh kesempatan dan uang yang membuat buta dan tuli sebagian dan membuat iman  hilang sedikit demi sedikit.

Hanya selingkuhnya penguasa dan pengusaha yang punya hati nurani kin terbukti nyata! benar! adanya terbukti bahwa uang adalah”yang dipertuhankan” oleh mereka.

*Dalam buku Kematian misterius para pembaharu Indonesia (orang-orang cerdas yang mati ditangan bangsa sendiri penerbit pinus)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun