Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pathok Bandara, Sebuah Novel 24

24 Februari 2016   16:10 Diperbarui: 24 Februari 2016   16:37 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayid paint"][/caption]Ini cerita yang kemarin: Pathok Bandara, Sebuah novel 23

Kejadian Malam ini membuata aku sadar betapa benar  kata bapak, "nduk bila ingin  kepilitik siap-siap untuk sakit hati dan dijauhi oleh teman dan musuhmu" siap-siap fisik, mental dan rohani, pasrah kepada Allah swt, apapun terjadi, inilah pesan bapak padaku sebaiknya ikut yang kamu anggap benar dan jangan nyempal dari keadaan sekitar bisa di kucilkan dianggap orang lain nanti sam sedulu kita" pesan bapak masih terngiang di pikiran dan hatiku, aku pasrah pada keadaan ini, dan nampaknya inilaah resiko"perjuangan kami".

"ini ulah paara anak buah Juragan Cakil mba"kata lik legiman padaku

"sudah, polisi tadi sudah kesini dan tidak seberapa hanya lantai yang gosong dan ini sudah dibersihakan oleh lik Tum" cegahku pad lik legiman yang terbakar emosi, sementara sms mengalir apadaku ada beberapa pemuda yang mau mendukungku untuk "membalas mereka" di kamp perusahaan juragan cakil ini, aku cegah, jangan! atau cukup perjuangan kita sampai disini? tantanngku kepada mereka.

"maaf lek kita sperti biasa saja, bekerja dan bekarya sperti biasa saja, simbok sudah tahu akan resiko ini" ternagku membuat tenang lik legiman lagi,

"ya mba, aku tahu, "nampak dia gusar dan kembali mengambil ceret untuk  minum di saawah kami sepagi ini membuat hati geram tetapi inilah kata simbok "pasrah " lebih baik kalau ingin seperti perempuan yang menunggang kuda di perempatan kota Batas harus tabah dan bisa menerima keadaan ini.

***

Patung Penunggang kuda

di perempatan kota Batas

tercinta

sejak kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun