[caption caption="alsayid paint"][/caption]Ini cerita yang kemarin: Pathok Bandara, Sebuah novel 23
Kejadian Malam ini membuata aku sadar betapa benar  kata bapak, "nduk bila ingin  kepilitik siap-siap untuk sakit hati dan dijauhi oleh teman dan musuhmu" siap-siap fisik, mental dan rohani, pasrah kepada Allah swt, apapun terjadi, inilah pesan bapak padaku sebaiknya ikut yang kamu anggap benar dan jangan nyempal dari keadaan sekitar bisa di kucilkan dianggap orang lain nanti sam sedulu kita" pesan bapak masih terngiang di pikiran dan hatiku, aku pasrah pada keadaan ini, dan nampaknya inilaah resiko"perjuangan kami".
"ini ulah paara anak buah Juragan Cakil mba"kata lik legiman padaku
"sudah, polisi tadi sudah kesini dan tidak seberapa hanya lantai yang gosong dan ini sudah dibersihakan oleh lik Tum" cegahku pad lik legiman yang terbakar emosi, sementara sms mengalir apadaku ada beberapa pemuda yang mau mendukungku untuk "membalas mereka" di kamp perusahaan juragan cakil ini, aku cegah, jangan! atau cukup perjuangan kita sampai disini? tantanngku kepada mereka.
"maaf lek kita sperti biasa saja, bekerja dan bekarya sperti biasa saja, simbok sudah tahu akan resiko ini" ternagku membuat tenang lik legiman lagi,
"ya mba, aku tahu, "nampak dia gusar dan kembali mengambil ceret untuk  minum di saawah kami sepagi ini membuat hati geram tetapi inilah kata simbok "pasrah " lebih baik kalau ingin seperti perempuan yang menunggang kuda di perempatan kota Batas harus tabah dan bisa menerima keadaan ini.
***
Patung Penunggang kuda
di perempatan kota Batas
tercinta
sejak kecil