[caption caption="HANYA SEBUAH PAINT DARI AL SAYID"]Nampaknya Suasana panas di meja oval kabupaten Kulon Kali Perkakas, juga mengimbas pad aaparat di abwahnya, spontanitas di desa kami menjadikan satpol pp membersihkannya, walau inilah tujuannya untuk membuat tentaram anatara yang setuju dan menolak bandara , tampaknya anak buah, centeng pengusaha cakil semakin menjadi dan terjadilah hampir bentrok dengan pemuda kami,  tetapi aparat belum mencium akan "hampir terjadi bentrokan" ini.
Satpol PP yangbertigas membersihkan smepat membuat muring sebagian pemuda kami dan sebagian tetap meminta spanduk spontanitas ini diturunkan tanpa ijin mereka
"sebaiknya sedulur sendiri yang mencopot spaduk ini" dengan pengeras suara berkelilling memekakan telinga kami, apakah semua setuju  dan ada yangmenolak terserah kami, kata beberapa pemuda kami.
"apakah sedulur tahu ini bukan proyek dari kabupaten ini langsung proyek propinsi dan pusat " jelas satpol PP diatas mobil dengan pengeras suaranya yang sombong lagaknya, semua tidak peduli sepadnuk kami yangmasuk dalam pembahasan ketakutan pengusaha Cakil tetap kami pertahankan.
***
Malam yang larut dalam mendunga da sekelip bintang yang bersinar cerahnya,pendapa ini akankah menjadi pendapa kenangan kami yang terakhir ataukah ini pertanda bahwa hujan di bulan februari ini menandakan bahwa masih banyak jalan yang diperjuangkan untuk kemakmuran tanah tumpah darah kami dan "apakah harus rela berkorban demi seuatu" nampaknya pertanyaan ini belum terjawab oleg yang punya kebijakan di meja oval kabupaten kami ini.
Bukan menolak, tetapi komunikasi kami dan kamu dan entah siapa yang berani membujuk kami ataukahkamu heran inilah "jual beli " informasi yang dipelintir untuk sesuatu yang lebih"besar agaknya" di buat sedemikian rupa sehingga masyarakat semua ditunggu "mantuk-mantuk" tanda setuju pembangunan bandara ini.
Â
topeng pejabat
Â
senyum tersungging
walau ada rahasia
dibalik wajahmu
Â
yang manis itu
semua demi rakyat
kamu berdalih
Â
hebat...
hebat kalian
coba lepas topemg kalian....
Â
puisi gundah nur dalam hpnya di tulisnya dan kepad lik legiman di smsnya 'tidak usah dilanjutkan aksi ini   ' tulisnya di hpnya ' tetap dilanjutkan untuk mempertahankan harga diru mba ' jawab lik legiman, semua diam
Aku dalam dilema, apakah simbok yang pasrah dalam keadaan ataukah membela sedulur yang tidak nrimo bila semua di habiskan demi mega proyek ini, pergulatan yang tidak seimbang pemodal besar melawan pemilik dan petani buruh gurem, ibarat david melawan goliat aku sadar semua ini, akan menajdi benturan yang besar di desa kami.
Â
bersambung...
Â
centeng: pendukung
Nrimo: Â pasrah
muring: marah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H