Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 21

16 Februari 2016   21:31 Diperbarui: 16 Februari 2016   21:40 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="HANYA SEBUAH PAINT DARI AL SAYID"][caption caption="HANYA SEBUAH PAINT DARI AL SAYID"Ini Cerita Yang kemarin:

http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-20_56c20b46cc92730f178b44bf

 

Benar pagi ini di gedung bundar  yang ada meja ovalnya ada pertemuan besar yang agenda satu membicarakan pembangunan Calon Bandara inetrnasional yang cukup membuat sebagain penduduk di akbupaten Kulon Perkakas ini banyak yang menolak dan sebagian juga mendukungnya.

Nampak bapak Bupati dan wakilnya sebagai kepanjangan rakyatnya dan ketua DPRD dan sekertarisnya yang cantik itu tak lupa Sekda  juga hadir diruang  meja oval ini. Nampak dengan mobil mewah ad ayang datang bersama sekrtairsnya yang cantik dan sexy datang membawa beberapa berkas, disampingnya bapak Pengusaha Cakil datang, sambil mengumbar senyum keluar dari mobil mewahnay yang hitam.

Perwakilan dari BUMN juga dtang yang mengendarai plat merah dan mobil dinas yang wah ini  juga nampak direktur BUMN dengan sekertarisnya yang cantik juga, mengumbar senyum masuk ke gedung oval ini. Layar OHP Sudah jelas di pampangakan tentang sosialisasi  langsung pengusaha Cakil dan perwakilan dari BUMN tentang calon Bandara ini, terpampang jelas di layar OHP tersebut.

Situasi cair serba senyum mendadak hilang waktu presenatsi terjadi dan ironisnya yang di gunakan sebagai pangkal soal adalah keberadaan "rakyat" yang dianggap sebagai obyek pembangunan, terutama yang menolak di jadikan sebagai alasan mengapa pengukuran dan foto calon bandara ini tidak sesuai jadwal yang tersedia dan sesuai anggaran yang ada.

Presentase dari pengusaha Cakil seakan menjadi titik tolak ketegangan di meja oval ini,

"bapak bupati  program kami jelas membuat Bandara inetrnasional terbesar dan termegah bukan tingkat kabupaten dan propinsi sja tetapi tingkat internasional nanti juga bisa mengaguminya" begitu pengusaha cakil  hampir menyudahi presentasinya di muka bapak Bupati dan bapak Ketua DPRD kabupaten Kulon Perkakas ini.

"Semua bagus dan nyata tentang prospeknya dan kelanjutan pertumbuhan ekonominya" demikian tanggapan bapak bupati, tampak rona mukanya berubah ketika catatan yang di berikan oleh bapak wakil bupati samapi ditangannya.

"tentang kendala kami coba bisa nego dan sosialisasi tetapi baru tahu ini data riil atau hanya dugaan bapak tentang sebagain rakyat kami yang menolaknya? tanya bapak Bupati pada pengusaha Cakil

"bukan pak hanya belum tahu, mudeng  tentang prospek calon bandara kita ini,"pengusaha cakil coba menjelsakan dengan rinci

"hanya sebagian yang belum mau merelakan sebagian lahan pertaniannya dan lahan kebun serta ladang sawah dan rumahnya untuk proyek ini, demi kesejahteraan kita  ya kan pak? coba dia merayu bapak Bupati juga

"tetapi banyak yang menolak atau yang mendukung?"tanya bapak lagi pada pengusaha cakil, berbarengan dengan itu bapak ketua DPRD unjuk suara juga"maaf bila saya pastikan rakyat mendukung juga sebagian menolak wajar dialam demokrasi ini", tetapai sekarang nampaknya banyak yang mencari untung juga akan mega proyek ini" sindir bapak ketua DPRD pada pengusaha cakil ini, dia hanya terrsenyum simpul.

Suasana menjadi agak gelap di tambah hujan mulai deras di kota Batas ini seakan menandakan bahwa susatu yang membuat rakyat tersenyum diharapkan bukan mengharapkan rakyat manyun dan tidak bisa tersenyum lagi

 

Senyum rakyatku

 

jangan paksa

senyumnya

kadang

 

bila dipaksa 

tidak ikhlas

dibuatnya

 

ataukah ini

senyum 

terakhir

 

rakyat

jangan buat manyun

dan sedih

 

buat senyumnya

berkembang

ria

 

Bersambung.....

 

mudeng : paham

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun