Cerita yang kemarin:
http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-16_56b9f7e077937360090f33c2
Tidak semua hari itu indah tidak semua cerita itu indah, karena semua kehidupan merasakannya memang hari ini hujan semakin deras, kota Batas nampak sejuk dan udara semakin dingin karena apa yang tak terkira hampir tiga hari ini kota Batas seakan tertumpahlah beban langitnya, hujan mengguyur dan membasahi bumi  ini semu senang para petani dan petambak udang  dan ikan merupakan berkah bagi semuanya, bagi petani yang mengharapkan air dari langit sebagai berkahNya.
"nduk kumbahanmu akeh, yo jangan lupa dicuci"kata simbok pagi tadi mengingatkanku ya pakaian sendiri, mosok lik Tum yang disuruh mencuci, apalagi sudah seharian penuh lik Tum dan LIk Legiman membantu ruamh kami membersihan pendapan kami yang luas dari pohon sawo kecik yang selalu berguguran dan mengurus klasa-klasa yang di pakai malamnya , ya pendapan warisan simbah dan bapak haruas selalu dijaga kebersihannya karena disinilah masyarakat sekitar selalu memakainya , untuk pengajian, untuk rapat pemuda dan untuk kumpulan bapak-bapak dan sesekali menggelar pertunjukan wayang kulit atau ketoprak itu dulu waktu bapak masih sugeng, sekarang ya tinggal untuk rapat dan kumpulan dan sekali-sekali untuk pentas seni ketika tujubelasan agustus.
Aku jadi ingat, waktu bapak kepalasekolah tadi tanya , jadi geli, bagaimanapun dia tidak terdampak langsung dari proyek Bandar ini aku juga hanya menerangkan sedikit "mengapa " kami mabalelo" , karena ini bukan masalah uang ganti rugi atau ganti untung ini masalah harga diri dan warisan yang tidak bisa dinilai dengan bentuk materi danpendekatan yang tidak"lumarah" dan membuat hati sakit sebagiankami emmbuat kami "menolak" walau dengan pasrah dan hati yang amarah, tidak kami nampakan.
 Aku mikirnya sambil emncuci dankran yang menetes ini seakanmenghiburku untuk selalu tidak lupa mencuci dan berusaha mandiri untuk kehidupan kedepannya kelak, seperti amanat mendiang bapak yang selalu menyuruh saya mandiri dalam bidang apapun dan selalu mempertahankan kebenaran,ada benarnya.
"kring..ada sms ataua apa di HPku , dan kau buru-buru ke meja dekat kamarku untuk mengambil Hp yang aku isi baterainya tadi setelkah aku pulang, ternyata sms dari lik Legiman dan isinya mengagetkan aku"mas, mbak guru , kami mau bergerak malam nanti minta maaf setelah sholat isya mau memakai  pendapa untuk rapat dadakan ini mas guru" aku baca dengan teliti, ini lik legiman benar. aku membalas singkat "oke,sudah bilang simbok to lik? tanyaku balik lewat sms dan  dijawab"sampun mba, nanti mba juga harus bisa melu cancut taliwondo lho""aku jawab singkat "ok " . deg, apa yang kau jawab ,aku membuat hati goreh akau mau jadi apa malam nenti seorang wanita mau membahas masalah "gedhe?' aklu hanya diam.
Yah demi masyarakat Prmbagian disini akau coba memikirkan apa yang akan kami buat nanti, aku msaih mencuci di tempat cucian hari ini, sebagi  sudah aku masukan mesin cuci dan sebagaian belum, tak terasa hampri selesai cucianku siang menjelang sore in,walau gerimis masih terasa dsini tetap membuat semangat  hati ini.
Siang yang lelah
entah berapa jam
urus waktumu
sendiri
Â
entah
mengapa
kamu
Â
dan aku
harusÂ
mengahadapi
Â
waktu yang tidak akan kembali...
Penuh harap, tiba-tiba terdengar langkah kecild an tepat dibelakangku
"nduk sudah selesai po nyucinya? tanya simbok padaklu
"sudah mbo" jawabku singkat dan aku coba menjemur semua pakaian ini  sedikit aku memasang tempat jemuran agak masuk serambi karena gerimis masihmembasahi sebagian desa kami.
"tadi sama buli Tum ada sedikit njagong mas Gondo istrinya melahirkan" ternag simbok padaku
"lanag po wedok mbo?" tanyaku
"wah anak nomor satu wanita nduk, canti seprti ibunya, coba kamu yang punya anak simbok senanga aku" ledek simbok padaku
"wah yo dongane mbok "kataku pelan semua tertawa , simbok malahan juga  tertawa ringan, kami tertawa kecil, bagaiamanapun hari ini aku anggap paling seceria kami hari ini.
"simbok masak pa hari ini ? tanyaku manja pada simbok sore ini
"kuwi oseng-oseng kacang panjang dan roalde daun ketela kesukaanmu  terang simbok padakuÂ
aku mengambil nasi dan mengambil sayur itu akupun melahapnyaÂ
"benar mau pada pertemuan malam nanti mbok?"
"ya benar, simbok pasarah nek ngene bagaimanapun pemerintah harus  didukung sepait apapun dan sesedih apapun"
Aku tetap sedih mendengar semua penuturan simbok tetapi apa boleh buat inilah yang simbok minta, akupun diam walau hatiku meberontak tidak  terima dengan upaya mereka yang membuat hidup kamu selalu tidak semanis sebelu ada proyek ya mega proyek Bandara ini.
Â
Hujan
Â
Tahukah kamu
mengapa
hanya tetesmu
Â
yang dinati
walau banyak orang tidak
suka padamu
Â
aku hanyaÂ
harap
hari ini hujan air
Â
bukan hujan air mata
penyesalan
bagi kami
Â
aku diam dlam pusiiku entah siapa yang akan membaca baisanya hanya aku kosep di HPku aku diam malam apakah yang  akan disamapaikan para teua muda  dan para pemilik syah lahan  kami yang desa kami inilahnanti yang lansung terkena dampaknyaÂ
bersambung....
kumbahan =cucian
cancut taliwondo=ikut berpartisipasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H