Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pathok Bandara, Sebuah Novel (16)

9 Februari 2016   21:29 Diperbarui: 9 Februari 2016   21:33 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita yang kemarin 

Sms Si kumal ribut tak aku hiraukan apalagi gagas, tidaklah hanya masa lalu waktu kami berjuang untuk bisa kuliah dan mandiri, anaknya sombong, dan aku tidak kira dia jadi apa sekarang.  

Regol sekolahan masih ditutup Pak Gino penjaga sekolahkami masih didepan regol untuk sekedar membukakan regol bagi kami yang masuk dan bekerja di sekolah ini.

"monggo mbak Nur, monggo mas guru,'yah setiap  pagi dia selalu memberi salam pada kami setiap melewati pintu gerbang sekolah kami, tiba-tiba dia  menghentikan motorku dan memberitahuku sesuatu.

"mba Nur ada sesuatu ini saya bawakan sebuah paket agak besar katanya untuk Bu Nur dari seseorang tadi yang tidak mau disebut namanya, untuk mba NUr sekalian juga untuk sekolah katanya" kata pak Gino bercerita padaku di depan regol sekolah ini dan aku menghentikan laju motorku

"terimakasih pak" jawabku sambil menuntun sepeda motor keparkiran sekolah ini dan aku memang melihat paket besar kardus sebesar kotak mi goreng aku  coba hiraukan ada dua paket  yang agak besar agaknya berat dan inilah mengapa seseorang itu tergopoh-gopoh pagi tadi menaruhnya dan pak Gino mempersilahkan di berikan diteras kantor ini.

"Bapak dan bu guru yang lain belum ada yang datang paK? tanyaku pada Pak Gino

"ya bu baru saya dan beberapa murid yang jauh sudah pada datang di sekolah ini" jawabnya polos

"bu Ria, bu Fery juga belum datang sepagi ini? tanyaku lagi sambil melihat dua kardus agak besar dan diatasnya ada amplop putih danditujukan padannya kepada bu Nur  ditempat

"benar tidak salah kirim pak? Tanyaku lagi pad apak Gino

"benar bu, katanya dari perusahaan penitipan" jawab pak Gino lagi

Aku mengambil amplop kecil itu dan aku baca , Maaf nur ini aku dari Kumal ribut cuma buku untuk sekolahanmu  tertanda Sikumal ribut, uf si kumal lagi mau apa dia? aku heran tdiak mau ad ayang senang sedikit mengapa dia perhatian padaku, aku baca notes di bawahnya NB: maaf ini benar ikhls untuk sekolahanmu saja dan ada sedikit untukmu chek yang bisa kamu cairkan terserah untuk apa silahkan, selesai membaca ada sms masuk lagi dan buru-buru aku lihat

"maaf non sudah sampai to? maaf terimakasih " sms dari kumal ribut

""ok boss "jawabku singkat

Buru-buru aku menyuruh pak Gino memasukan di dalam kantor karena selasa ini gerimis seakan tumpah pagi ini dikota Batas ini. Sekolah pagi ini nampak ceria karena kemarin sudah libur dua hari minggu dan tahun baru imlek yang membuat sebagian siswa dan guru terpuaskan untuk ngaso dirumah. 

Bapak kepala sekolah memanggilku, waktu  jam istiraht pertama dan bertanya tentang paket ini 

"bu sya mau bertanya ini betul dari ibu atau? tanya bapak Kepala sekolah padaku

"benar pak dari teman kuliah saya dulu, ada buku tulis dan juga buku pelajaran anak-anak sekolah " aku menerangkan dulu sebelum bapak kepala sekolah menyakan lebih detail.

"oh ini jug ada cek untuk  anak-anak kurang mampu disini pak" tambahku menerangkan kiriman  yang lain pada bapak kepala sekolah kami ini, bapak senang dengan kiriman ini dan aku juga senang menerangkannya.

Bagaimanapun aku tetap senang  bila tidak ketemu langsung kamu Kumal, hatiku sekan tidak rela bila berjumpa kamu

Jam semakinmerambat dan bapak  bertanyalagi diruangkepeal sekolah itu malahaninilah bab yang aku tidak mau sebenarnya menanggapinya

"mba Nur desa njenengan kok banyak yangmenolak proyek itu ya? tanya bapak kepala sekolah padaku

"aduhpak maaf pak saya tdiak bisa menernagkan, tetapi benar kena dampak langsung pembuatan bandar abaru itu pak"jawabku pelan mencoba menahan pertanyaan bapak

"tetapi bagus to tanggapan mereka? koran pagi ini nampaknya keliru memberitakannya kok banyak yangmenolak begitu.."jelas bapakpadaku, aku diam dan semakin  bapak pengen tahu akhirnya aku emndengarnya lagi  berkata padaku

"sudah lama dikabupaten Kali Perkakas ini merindukan perubahan, dari bupati yang tua menjadi bupati yang muda dan Bandara  ini seperti proyek Pelabuahan dan tambang pasir emas nampaknya bisa memicu pertumbuhandi Kabupaten Kali Perkakas ini kelak" terang bapak kepala sekolah padaku, aku diam cuma membaca koran  bagiku titik aku cuma mendengar suara bapak ini kian merdu ditelingaku.

"maaf pak , bukan masalah proyek besar, tetapi ini adalah hak dan hati yang tidak bisa dibeli  pak" jawabku sedikit mengagetkan bapak 

'jadi koran ini?"maaf bu tadi idealnya saja kan? media juga ternyata bisa salah mengidentifikasi maslah yang sebenarnya ya bu Nur? tanya bapak padaku 

'benar pak desa kami  terdampak langsung dan kami yang mengalaminya langsung pak"jawabku singkat dan padat

"ah begitulah kenyataan dan idealisme pemimpinkita beda jauh ya bu Nur " bapak kepala sekolah nampakny sadar dan a ku menambhkannya

"benar proyek besar tidak bisa membeli hati nurani yang kebacut dibohongi mereka pengusaha BUMN dan penguasa pak"jawabku singkat, ruang kepala sekolah  mendadak sunyi dan senyap hanya ocehan murid dikelas sebelah yang membuat kami tahu  dan sadar ini masih disekolahan.

Bapak menyudahi pembicaran ini dan aku semakin mantap bahwa hanya hati nuranilah yang tidak bisa dibeli maka hati nurani dan kepasrahan adalah hal yang sama dan tidak bisa dirubah oleh para petualang mega proyek ini, apakah bapak sudah dikasih pesan terselubung oleh seseorang  aku tidak peduli, lihat kenyataan saja!

 

Marah

 

pada siapa aku marah

semua

belum terlanjur

 

untuk di pertahankan

beginikah nasib 

langsung

 

daerah bakal kena proyek

semua orang 

tahu dapat uang banyak

 

tidak tahu hanya dapat

janji yang banyak

dari mulut penguasa yang lalim

 

Amarahku tertahan aku tahu semua hanya kedepan ya kedepan saja tanpa tahu bahwa kami yang terdampak adalah masa kini yang terlanjur pada waktu dan tempat yang salah juga...

berambung...

**

Ngaso=istirahat

kebacut=terlanjur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun