Tidak sangka di pemerintahan tahun kedua ini nampaknya bukan hanya serangan lawan  politik yang mengintai tetapi keadaan cuaca, semakin tidak menentu kadang hujan seminggu lalu panas seminggu kadang ada badai juga kadang ada gempa dan tanah longsor.
Bukan mengecilkan Badan penanggulangan Bencana Alam di negeri kapetrukan sudah repot dan banyak cobaan dalam bertugas, nampaknya alam tidak menentu membuat goreh dan gundah Presiden pertuk di Istana NKRM, begitu gelisah melihat perkembangan lewat layar monitor di istana negara inilah yang menjadikannya gundah, tagihan janji-janji dari demi pangan, karena in masalah perut maka berpikiran keraslah bapak Presiden Petruk.
Mengapa karena impor sapi kemarin membuat harga daging naik dan hampir tidak dapat dijangaku oelah rakyat maka pemberlakuan pajak dihindari dan dibatalkannya, dan apalagi urusan tempe tahu ternyata NKRM sudah tidak bisa swasembada kedelai lagi, karena harus mengmbil impor dari negeri sebelah yang konon penghasil kedelai terbesar didunia dan disini kedelai tidak bisa ditanam dengan begitu maka tidak ada itu swasembada kedelai, opo tumon lha jamrud katulistiwa kok tidak ada yangbisa tanam kedelai, padahal tahu dan tempe adalah makanan pokok dari rakyat negeri kepetrukan ini.
Apalagi yang harus diimpor padahal bisa di buat disini adalah beras, karena banyak perut yang makan dan demi stabilitas harganya maka terpakas impor juga dari negeri sebelah.
Inilh yang membuat prehatin bapak presiden dan inilah juga yang  membuatnya rada getar, karena perut biasanya membuat orang mawut, lapar membuat semua di depan dinilai negatif dan cenderung emosi dan akibatnya fatal, bisa mati!
Dipanggilnya kedua ajudan ndalem dan menteri  terkait yakni meteri pertanian inilah tanya jawab di istana NKRM.
"Bagaimana ini harus terjadi? Keluh bapak presiden."Â
"Bagaimanapun inilah yang harus dihadapi oleh kita," kata Mas Bagong.
"Dan inilah kenyataan," cetus Mas gareng yang juga katanya menjadi calon KABIN P di Negeri Petruk ini.
"Semua karena inilah analisisnya," kata sang menteri ekonomi pertanian sambil mengeluarkan laptop dan menayangkan statistik gambaran kebutuhan riil masyarakat kepetrukan hari ini dan setahun kedepan..
"Mosok tempe tahu bisa ngalahkan impor sapi?" tanya bapak presiden.
"Ya begitu pak, bahkan..." lanjut sang menteri yang tidak boleh di sebutkan namanya disini
"Lalu gula, beras dan teh juga impor? selidik Mas Gareng yangjuga calon KABIN P di negeri Kapetrukan ini.
"Kau tahu njenengan?" tanya Bagong.
"Aku yo makelar  kuwi mou" enak jawab Gareng, semua tertawa hahahahha renyah.
Pak menteri manyun dan menjelaskannya dengan teliti.
"Ya karena permintaan lebih banyak maka terpakasa impor" keluh sang menteri ini.
"Wah kok opo-opo impor" semua harus impor" tanya pak presiden Petruk.
"Bahkan beras yang  bapak makan juga impor," jelas mas Bagong
Pak presiden agak tersedak dan maklum adanya, memang semua harus diusahakan bukan diatasi dengan mempertahankan stock bahan pokok dan juga harus bisa mengatur pemakiannya
"Tetapi pak ...kata sangmenteri belum melanjutkan
"Apa? Tanya bapak presiden lagi
"Digudang banyak tikusnya" kata sang menteri
"Bisa diatasi pak presiden, beri racun tikus saja " kata mas bagong
"Wah ini bukan itu gong" sele mas gareng lagi
"Ha? Apa itu?" heran Bagong
"Tikus kepala hitam dan bercelana " elak pak menteri
"Ha..hahahhahah...semua tertawa' renyah tanpa beban lagi
"Mengamankan stock pangan ya mengamankan perut rakyat dan juga dari tikus "wirog" ada benarnya....
Semua benar adanya
Tanpa solusi ekonomi  juga tetap berkaitan dengan politik, tetapi politik tanpa ekonomi ya... Kelaparan.. Benar adanya...
Tetap senyum...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H