Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel

19 Januari 2016   17:18 Diperbarui: 19 Januari 2016   17:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya sebagaian titik yang masih menangi(menjumpai) alam yang hijau ini entah lima atau sepuluh tahun lagi akutaidak tahu semua akn berubah apa, aku hanya sebutir debu yang coba memotret sekitar keadaan yang membuatku damai walau kadang aku lupa mengapa kit atdiak bersyukur atas karuniaNYa ini.

Aku sedikit melamun dan ada sms masuk di handphone ku yang lama dan hanya di isi beberapa ribu pulsa 
"mengapa tidak menjawab smsku kemarin?' aku diam mengabaikan sms itu hanya sekedar melongok, ad ateman yang selalu mengirimiku sms tetapi tidak aku hiraukan, bila aku sedang dipinggir sawah yang damai ini.

Pernah aku uplod potret sawah ini tetapi entah mengapa banyak yang menyukai dan aku tdiak mau mereka menghilangak "surga dunia " ini yang emmnbuatku nyaman.

Sayup-syaup kudengarkan percakapan tetangga kanan rumahku dengan seseorang yang kuketahui seorang pernagkat desa

'besok ada pertemuan di balai desa mas, semua warga disini juga sudah kami undang" kata seserorang yang kuketahui seorang perangkat desa dan salah satunya adalah seorang petani yang separoh baya dan seumuran dengan bapak masih sibuk menyiangi sawahnya dan membuat seorang perangkat desa itu mengulangi pernyataannya

'benar lho datang ada sosialisasi dari propinsi  dan pusat" kata seseorang dari perangkat desa itu, aku hanya memandang meraka dari agak jauh dari tempatku ber"jemur"disawah pagi ini

"ya sudah dengar nanti kami ke balai desa pak" sambutnya 

Benarkah ada apa dengan dusun kami kao tiba-tiba dari propinsi dan pusat akan mengadakan sosialisasi? aku hanya bertanya, karena sejak didesa ini aku hilangkan hiruk pikuk gaya kota yang dulu aku kenyam sambil menjual koran untuk bisa kuliah karena simbok dan bapak tidak mampu mengkuliahkan aku.

Hanya satu pesan mereka kembali kedesa untuk membangun desa kami yang damai dan sangat sejuk ini..aku tahu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun