Aku masukan kepalaku di bedug itu dan kahirnya bisa masuk tetapi apa nyana tidak tahu ada rumah tawon didalamnya aku disengatnya dan aku lari dengan kepala benjol disengat tawon, semua teman tertawa dan meledekku , sok berani, itu pengalaman pahitku dlam masa kecilku di masjid dekat rumahku.
Sekarang masjidnya sudah digedong dnegan dinding bata yang ciamik dna cantik karena di lengkapi dengan keramik dan disana-sini terpampang jam digital dan speaker dan inilah yang membuatku semakin rindu sebenarnya rindu mas kecilku itu, mengapa bedug itu dipojokan dan sekarnag diganti speaker, sehingga generasi sekarnag anak dan keponakanku tidak tahu sebenarnya bedug dulu adlah penanda umat mau sholat dan itulah"speaker" jaman dulu ciptaan eyang dan kyai sepuh sebelum ada speaker sudah dilupan oleh umat sekarnag, walau sekarng aku tahu akdang masih dipukul waktu malam takbiran, tetapi esensi bedug masjid sekarang digantikan oleh esensi sepeaker yang riuh dan rendah dikala kumandang adzan magrib dan siaran akan dimulainya pengajian dan pengumuman adanya warga yang meninggal dunia, ada benarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H