Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kabut Cinta, Merahnya Hati #2, Menembus waktu (2)

15 Januari 2015   04:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Episode 1 Menembus waktu :kami terkenang masa lalu kami yang menyedihkan diantara kami ada kenangan waktu kami berwisat di pantai  parnag tritis dan semua tertunduk lesu bila mengenang kesedihan ini, ada asa pilu yang coba aku dan anik hilangkan"ziarah kepiluan" hati kami

Episode 2  menembus waktu benar-benar menembus waktu, Ponidi dan choirul adalah sahabat kami yang senang bercanda dan bersendau gurau membuat kami senang dan ceria dikelompok UKM kami dan kami selalu ceria dalam banyak hal, ngaco, ngeyel dan mbalelo diantara kami.

"mereka hilang ! pekik anik, waktu itu kami sehabis acara makrab dan Masa Orientasi, kami menjadi panitia makrab dan membimbing adik-adik kelas kami di universitas dipinggiran Yogyakarta tercinta ini, kami kompat

"keceriaan yang berubah menjadi pilu yang dalam, kataku lirih

'tentang apa mas? tanya nur padaku

"tentang mitos dipantai ini dan tentang laut biru yang membawa kabar duka bagi kami" kataku pelan

"waktu itu sehabis makrab dan penutupan sore itu, diadakan kumpul bareng panitia ada lima belasan anak berbagi tingkat dan jurusan dan bergabung dalam himpunan mahasiswa unuversitas dan kami juga ada disitu, aku dan anik dapat jatah sie perlengkapan, choiruld an ponidi dapat sie humas, mereka senang, karena mereka saling mencintai , demikian juga....aku belum sempat melanjutkan cerita anik memotong pembicaraanku

"aku dan mas jo, saling senang" kata anik

"belum saling sayang dan cinta, kau memotong juga, aku dicubitnya, dan kami tertawa kecil...

"eh benar?".ya kan?, waw pad cinlok ya, nur mengejek kami

"benar nur" malu anik mengakui keadaan kami yang dulu

"kami benar jatuh cinta, waktu itu kami berekreasi ke pantai ini, dan benar kami senang" aku kembali bercerita tentang keceriaan kami

"jam delapan pagi kami berkumpul di kampus, berboncengan dengan motor berdua-dua dengan "

" jam sembilan pagi kami sudah sampai, kami ceria, bermain ombak dan kami berlari kecil diantara padang pasir pantai parangtritis ini laari dan bermain pasir, brfoto-foto diantara debur ombak kami senang, dan ceria, sambil membeli kelapa muda n makana ringan yang kami bawa kami berlimabelas menyebar diantara tubir dan bibir apantai ini kami sennag...dan tanpa kami ketahui dua sejoli ini terhanyut dalam keceriaan mereka sejauh mata mereka bermain ombak dan tiba-tiba ombak besar datang mengulung mereka, aku coba menolong dari kedua mereka tetapi nyaliku kecil aku meinggir,,tidak bisa berenang digulungan pantai ini, dan...aku menghela nafas dan diam lalu...

"akami hanya tercengang menyaksikankejadian ini:"anik melanjutkan cerita ini "tim sar pantai berusaha mencari dan melempar ban untuk mencapai mereka, nampaknya sang penunggu laut "ngersake "mereka dan hanya Allah swt yang  yang membuat takdir mereka, keceriaan kami berubah menjadi sedih yang mendalam dan sedih... hampir seharian kami menunghu mereka dan tidak bisa kembali ....anik berkaca-kaca menceritakn ini

"kami sedih luar biasa,tiga hari mereka baru"kembali" dan kami sedih , kataku lirih

memang kami percaya ada mitos nyi roro kidul yan ngunduh mantu bagi sejoli yang lena adan bermain serta mandi dilaut adlah kenyataan, dan sekarang sekira tahun 2014an ada teknologi yang dan penelitan yang emmbuat amata terbelalak adlah ombak di parangtritis berdeburan dan saling"kejar" karena itu bagi yang tergulung masuk dalam karang yang membentuk  laguna dan hilang "terperosok" terbukti temankami hilang dan tewas dalam peristiwa ini

"bagaiman teknologiGmu itumas? tanya anik

"aku mendengar ceritamu"kata elis

" semua takdir, tetapi niat dan "mengintip " dengan mesin waktu itu bisa" kataku singkat

"tenane, kata nur

"ya, jawabku singkat

bersambung......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun