Mohon tunggu...
Alief Reza KC
Alief Reza KC Mohon Tunggu... Administrasi - Dulu pernah hobi nulis

alrezkc@gmail.com | IG & Twitter : @alrezkc

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

5 Gambaran Masa Depan Dunia Tanpa Uang Tunai

13 Maret 2019   14:05 Diperbarui: 13 Maret 2019   15:09 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : smartcitiesworld.net

Uang non tunai atau cashless tentu sudah bukan barang asing bagi masyarakat kini. Hampir semua lapisan masyarakat sering atau setidaknya pernah menggunakan layanan uang non tunai.

Statistik menunjukan bahwa angka-angka transaksi non tunai terus berkembang secara pesat dalam kurun waktu singkat. Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi uang elektronik pada kuartal III-2018 tumbuh sebesar 300,4% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Dari sisi nilai, sampai Agustus 2018, tercatat nominal transaksi uang elektronik mencapai Rp 3,8 triliun atau naik 393% yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp 790 miliar.

Statistik yang besar itu akan sangat wajar mengingat dampak dari perkembangan teknologi dalam wujud smartphone yang juga sangat pesat dan banyak mengubah budaya manusia, salah satunya budaya dalam bertransaksi.

Selain itu, adanya pula kebijakan-kebijakan dan program Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia untuk memasyarakatkan dan menggiatkan transaksi non tunai melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan sejak tahun 2014. Salah satu yang paling nyata adalah elektronifikasi jalan tol yang dimulai sejak Oktober 2017.

Hampir seluruh perbankan besar di Indonesia saat ini memiliki layanan e-money, seperti Mandiri e-money, BRI Brizzi, BNI Tapcash, BCA Flazz, dan ada T-cash yang merupakan produk dari perusahaan telekomunikasi, Telkomsel. Bahkan, langkah mereka juga dibuntuti oleh pelaku bisnis startup seperti contoh Tokocash milik Tokopedia, ada Bukadompet milik Bukalapak dan Gopay kepunyaan Gojek serta OVO sebagai andalan Grab.

Budaya transaksi non tunai juga telah merambah ke berbagai sektor ekonomi, mulai dari berbelanja, pembayaran tagihan, pariwisata dan akomodasi, restoran sampai warteg. Bahkan sampai sedekahpun kini sudah terjamah system transaksi non tunai dengan menggunakan barcode di leaflet-leaflet yang tersedia di masjid-masjid atau yayasan-yayasan sosial.

Uang elektronik memang cepat digemari oleh masyarakat mengingat penggunaannya yang dirasa sangat praktis. Daripada harus membawa berlembar-lembar uang yang selain merepotkan juga rawan tindak kriminal.

Melihat perkembangan yang arah kebijakan pemerintah kedepannya, maka bukan tidak mungkin bahwa 10-20 tahun kedepan, uang tunai berbentuk lembaran kertas atau uang sudah jauh berkurang drastis eksistensinya, bahkan mungkin tidak eksis sama sekali.

Ketika semua masyarakat telah terbiasa menggunakan 'dompet online' maka hal itu tidak saja merubah satu budaya pembayaran tapi juga akan merubah banyak sekali perilaku, dan kebijakan ekonomi pemerintah serta pelaku bisnis. Berikut adalah sedikit gambaran tentang dunia masa jika uang tunai benar-benar tak lagi eksis:

1. Banyak Pekerjaan akan Hilang

ilustrasi : medcom.id
ilustrasi : medcom.id
Gambaran ini sudah bisa terlihat di masa sekarang, yang paling jelas adalah hilangnya petugas pintu tol.  Sejak diberlakukannya elektronifikasi pintu tol, maka fungsi petugas pintu tol yang sebelumnya melakukan transaksi pembayaran dan membuka portal tol kini telah hilang dan digantikan dengan system e-money.

Selain petugas pintu tol, profesi lain yang berpotensi akan hilang antara lain petugas loket pembayaran, petugas tiket, dari tiket konser, olahraga, tiket bioskop, tiket wahana hiburan dan semua petugas penjual dan pemeriksa tiket. Petugas kasir minimarket sampai kasir supermarket pun tak luput dari ancaman tergantikan pekerjaannya. Fungsi mereka akan tergantikan persis seperti petugas pintu tol.

Bahkan, seorang teller bank yang dimasa sekarang masih menjaid salah satu primadona pekerjaan pun di masa depan bisa jadi sudah tidak dibutuhkan.

Tanda-tanda ke arah sana sudah terlihat dari sekarang. Menjamurnya gerai ATM setor dan tarik tunai jelas telah mengurangi antrian nasabah. Meskipun ancaman para Teller tidak sebesar petugas loket karena bisa mudah digeser posisinya ke sub bidang lain yang dibutuhkan. Tetapi yang pasti, kebutuhan pegawai bank akan berkurang di masa depan.

Memang perkembangan zaman di satu sisi pasti akan menghilangkan pihak tertentu seperti penerbit Koran yang harus gulung tikar, pengemudi becak yang hampir punah. Tetapi sejarah juga membuktikan bahwa perkembangan zaman juga banyak melahirkan jenis-jenis profesi baru yang sebelumnya tidak dicita-citakan anak kecil. 20 tahun lalu siapa yang bercita-cita jadi ahli IT atau mendirikan startup ?

2. Galeri ATM bernasib seperti telepon umum

Ilustrasi : www.emporiumpluit.com
Ilustrasi : www.emporiumpluit.com
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa peran teller bank akan semakin tidak dibutuhkan yang mana juga secara langsung mengubah budaya perbankan.

Jika dua puluh tahun lalu, masyarakat yang sekedar ingin mengirimkan uang ke rekening lain atau menyimpan sedikit uangnya di rekening sendiri harus sabar mengantri di dalam bank, maka sekarang budaya itu sudah mulai berkurang drastis dengan banyaknya gerai ATM tarik dan setor tunai.

Orang bisa mendebet atau menkredit rekeningnya kapan saja selama 24 jam cukup membutuhkan waktu tidak lebih dari 5 menit. Kebanyakan orang sekarang pergi ke bank hanya untuk keperluan dengan customer service.

Fenomena gerai ATM yang menjamur 10 tahun terakhir juga diyakini tidak akan bertahan lama. Perkembangan smatphone telah melahirkan system mobile banking. Mentransfer sejumlah uang atau melalukan berbagai pembayaran semudah membalikan telapak tangan.

Manusia yang sebelumnya malas untuk pergi ke bank, akhirnya terbantu dengan adanya gerai ATM di dekat rumah. Itu dirasa masih kurang, sekarang orang malas untuk sekedar pergi ke gerai ATM karena bertransaksi perbankan bisa dilakukan di dalam kamar, diatas kasur yang empuk, dengan udara sejuk yang keluar dari AC.

Jika sudah semakin langkanya uang tunai, maka Gerai ATM semakin akan tidak dibutuhkan dan tentu saja pihak bank akan menutupnya karena tidak menguntungkan. Kisahnya mirip dengan telepon umum di masa kecil bagi kita yang mengalaminya.

3. Jaringan Interner yang semakin luas

ilustrasi : smartcitiesworld.net
ilustrasi : smartcitiesworld.net
Istilah elektronik yang ada dalam e-money sudah barang tentu berhubungan erat dengan jaringan internet. Tanpa adanya jaringan internet, maka uang elektronik tidaklah berguna. Semua data kita sebagai pemilik uang, berapa jumlah yang kita miliki, ada di dalam kartu elektronik atau dalam data aplikasi smartphone kita.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa muncul dan berkembangnya uang non tunai bersamaan dengan berkembang teknologi dan jaringan internet. Saat ini kita tinggal di masa jaringan 4G, di saat bersamaan jaringan 5G sedang disempurnakan. 10-20 tahun kedepan, ketika uang non tunai menjadi barang primer, tentu dibutuhkan jaringan internet yang luas dan stabil di seluruh sudut kota.

Bisa kita bayangkan jika uang tunai sudah tidak kita butuhkan, maka untuk membayar secangkir kopi di warung kopi di sudut desa terpencil kota, kita hanya ada pilihan untuk menggunakan e-money. Sudah barang tentu jaringan internet di masa depan sudah jauh lebih luas dan stabil dibanding masa sekarang. Harga-harga kuota internet akan jauh lebih murah dan jaringan wifi akan semakin mudah ditemukan.

4. Smartphone adalah 3/4 nyawa manusia

ilustrasi : sbtreatment.com
ilustrasi : sbtreatment.com
Gambaran keempat ini tentu sudah bisa kita rasakan sekarang bukan? Hal utama yang akan kita pastikan ketika akan keluar rumah adalah memastikan smartphone kita tidak tertinggal. Ketinggalan pakaian di tengah perjalanan mungkin akan kita abaikan karena bisa beli lagi, tetapi jika ketinggalan smartphone tentu kita tidak bisa berhenti dan membeli yang baru di gerai terdekat. Bukan wujud smartphone-nya yang kita butuhkan, akan tetapi data di dalamnya itulah yang menjadi separuh nyawa kita.

Orang bisa bepergian ke berbagai tempat hanya bermodal smartphone. Dari mulai transportasi, penginapan, tiket wisata, makanan semua bisa dilakukan dalam genggaman.

Jika di masa sekarang yang mana masih dibutuhkan uang tunai saja smartphone sudah seperti setengah nyama kita, lalu bagaimana di masa depan ketika uang tunai sudah tak lagi dibutuhkan dan segalanya ada di dalam gadget kita? Yang sebelumnya hanya setengah maka akan meningkat menjadi tiga perempat nyawa manusia.

5. Perampok-perampok perbankan menjadi ahli IT

ilustrasi : nulltx.com
ilustrasi : nulltx.com
Adegan perampokan sekelompok orang bersenjata dan bertopeng di Bank seperti perampokan tokoh Joker dalam film The Dark Knight (2008) adalah adegan yang sangat mainstream karena sudah banyak diadopsi di berbagai film. Kelak, di masa depan tanpa uang tunai, adegan seperti itu hampir mustahil terjadi. Bank tidak lagi menyimpan banyak uang kertas atau bahkan tidak sama sekali karena uang telah berubah dalam bentuk digital.

Perampok-perampok kelas teri yang tidak mengikuti perkembangan zaman tentu akan pensiun. Akan tetapi perampok-perampok yang sudah mana kejahatan telah menjadi tujuan hidupnya tentu akan berusaha keras untuk belajar dan menjadi ahli teknologi, tujuannya tetap untuk merampok uang-uang digital yang ada di perbankan.

Perampok yang tidak bisa teknologi sama sekalipun bisa menggunakan jasa orang yang ahli atau setidaknya memaksa mereka. Jadi, di masa depan ahli IT sangat dibutuhkan baik dalam kebaikan maupun kejahatan.

Itulah 5 gambaran dunia masa depan tanpa uang tunai. Perkembangan bisnis dan teknologi umat manusia dekade terakhir saja telah berkembang jauh lebih pesat dibandingkan seratus tahun belakangan.

Terlepas dari baik buruknya, positif atau negatif, keuntungan dan kerugian yang akan ditimbulkan dari 5 kondisi diatas, kita tidak bisa menolak percepatan zaman atau kita akan tertinggal dan hilang. Ada yang mau menambahkan gambaran masa depan lainnya?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun