Pun sebaliknya, pasangan seharusnya mengerti kapan waktu bagi kita bicara dan kapan waktu bagi kita mendengar.
 Saat berbelanja, apalagi berbelanja kebutuhan bersama bagi pasangan yang sudah tinggal satu rumah, semua kegiatan berbelanja sudah tidak lagi dilakukan sendirian. Mulai dari menyisihkan gaji atau penghasilan untuk dihabiskan berbelanja kebutuhan,Â
mencatat atau mengingat kebutuhan yang perlu dibeli, memutuskan tempat untuk berbelanja sampai membeli sesuatu yang sebetulnya bukan bagian dari rencana belanja, semuanya harus dilakukan berdua dan semuanya mesti dikerjakan bersama-sama.
 Mungkin ini terdengar sepele karena biasanya yang berbelanja adalah pasangan. Kita, para lelaki, kepala atau calon kepala keluarga ini, terbiasa dengan konsep bahwa suami hanya perlu memberi uang bulanan ke istri dan istri-lah yang melakukan semua kegiatan belanja tadi.Â
Cukuplah kita yang mencari uang dan biarkan istri melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan agar kebutuhan selama seminggu atau sebulan ke depan menjadi aman. Begitulah yang tertanam di kepala kita selama ini.Â
Namun, bagaimana jika ternyata pasangan kita juga bekerja atau punya penghasilannya sendiri? Bukankah sudah mulai dibunyikan oleh orang-orang bahwa untuk memenuhi kebutuhan di jaman sekarang ini, si istri juga mesti ikut bekerja supaya kebutuhan hidup terpenuhi?
 Jadi, tentu saja melakukan semua kegiatan belanja secara bareng-bareng tadi menjadi penting. Kita dan pasangan sudah harus berdiskusi sejak awal mengenai berapa anggaran yang ada, yang bakal dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari. Bila kita dan pasangan ternyata punya penghasilan masing-masing, diskusi itu malah sangat penting.Â
Apalagi kalau penghasilan pasangan kita lebih besar daripada penghasilan kita, jangan sampai perbedaan digit di rekening itu menjadi bom waktu yang akan meledakkan hubungan kita. Ingat saja film Crazy Rich Asian yang membawa isu demikian.
 Selanjutnya, setelah selesai dengan soal anggaran untuk belanja, kita harus turut membantu pasangan kita untuk menginventarisir barang-barang kebutuhan yang perlu kita beli.Â
Jangan biarkan pasangan kita melakukannya sendirian agar kita tak menyalahkan pasangan kita melulu kalau ternyata ada barang kebutuhan kita yang lupa dibeli atau lupa ditambah stoknya. Kita tentu harus tetap perhatian dan peduli dengan diri kita sendiri dalam rangka mengurangi beban pasangan kita, yang secara sosial sudah dibebani urusan rumah tangga.Â
Kehadiran kita dalam perkara-perkara penting yang sering dianggap sepele itu tentu akan menyenangkan hati pasangan kita. Lalu, seusai semua persiapan belanja sudah matang, kita bisa lanjut berbelanja dengan tenang dengan pasangan karena semua baik-baik adanya.Â