Mohon tunggu...
Alpistasedo Pelawi
Alpistasedo Pelawi Mohon Tunggu... Penulis - Sudah menerbitkan sebuah novel dan dua buku puisi

Sedang mengerang rindu dalam mengarang cinta..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembatas Buku Puisi

1 Agustus 2021   00:38 Diperbarui: 1 Agustus 2021   01:13 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembatas Buku Puisi

I

Pembatas bukuku

hilang

Itulah buku puisi pertamaku

Setelah dilewatinya lembar demi lembar

aku dibuatnya

hilang

Oh Kehilangan

adakah segala yang

hilang

mesti ditemukan kembali?

Jangan-jangan

pembatas bukuku sendiri

yang putuskan 'tuk

hilang

dari bukuku?

Oh, Pembatas bukuku

paling tidak katakanlah

puisi mana yang terakhir kali

membuatku senyum-senyum membacanya

II

Aku ingat kata ibu

Cari pakai mata. Jangan pakai mulut.

Aku ingat kata ayah

Cari dengan ingatan. Lihat lagi.

Demikianlah bila yang hilang adalah kunci sepeda motor

Bagaimana pula jika mereka kutanya

Di mana pembatas bukuku itu

yang berasal dari buku puisi

yang ditulis sepenuhnya tentangku

oleh kekasihku itu?

Tentulah jawab mereka

Ah, anakku

bukankah sudah kau putuskan:

kau hilang darinya

sesudah kekasihmu itu

menerbitkan buku puisi terbarunya

yang puisi-puisinya sepenuhnya bukan tentangmu?

III

Lalu aku bertemu kau

yang pernah kehilangan pembatas buku

dari buku puisi pertamamu

yang ditulis sepenuhnya tentangmu oleh kekasihmu

Kala itu kau belum mengungkapkannya

Apa pentingnya pembatas buku?

Kau menerbitkan buku puisi

Puisi-puisinya sepenuhnya tentang kekasihmu

Kau beri buku puisi itu kepada kekasihmu

dan kekasihmu menghilangkan pembatas bukunya

dan kau tahu kekasihmu menghilangkan pembatas buku itu

Apa menurutmu pembatas buku itu menjadi penting

dibanding kau tahu bahwa kekasihmu membaca buku puisi

yang kau tulis sepenuhnya tentangnya itu?

Ah buku tanpa pembatas buku tetaplah buku

Kehilangannya tak membuat taman bunga

kehilangan bunga-bunganya

Pembatas bukuku tetap hilang

Kau menggantinya dengan setangkai melati

Gugur dari bibir merahmu

sewaktu kau pamit dari perpustakaan kota itu

Di perjalanan pulang aku sadar

kau begitu mapan dengan pembatas buku

IV

Kau tahu

sebagai sesama mantan kekasih

yang sama-sama kehilangan pembatas buku puisi

yang puisi-puisinya sepenuhnya tentang kita

aku melihat cara bicara kita sama:

seperlunya

Sebab yang hendak selalu kita katakan adalah kekesalan

akibat hilangnya pembatas buku itu

Maka setiap kali kekesalan itu terhenti di bibir merahmu

melati itu gugur

Bunga apa pula yang kau lihat di bibirku?

Akan kutanyakan itu kepadamu

dan kau harus menjawabnya dengan jujur

V

Hari berlalu

Satu, tujuh, tiga puluh satu dan seterusnya

Buku puisiku yang hilang pembatasnya itu kembali kubaca

Sesekali aku terjeda

Melati itu tinggalkan jejak

Mungkin getahnya

                atau darahnya

                atau air matanya

Semakin lama

semakin memenuhi halaman

menelan semua puisi yang ada di sana

Aku semakin sering mengingatmu

Konon

pembaca buku

apalagi buku puisi

tak terlalu suka dengan hape

Isinya pamer semua. Aku tak suka.

Demikian kata kekasihku yang menulis puisi tentangku itu

Namun bukan itu yang membuatku

tidak meminta nomor WA-mu sore itu

Aku pun ingat gugurnya melati itu:

diam-diam masih kau cari pembatas bukumu itu

Sungguh

aku tak bisa temukan pembatas buku itu

dan aku tak bisa mengajakmu bertemu

dan aku tak bisa mengembalikan puisi-puisi yang hilang dari bukuku itu

Adakah kehilangan pembatas buku sesakit ini?

Awi & Rani

Dumai & Bandung, 31 Juli -- 1 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun