Mohon tunggu...
Fika Afriyani
Fika Afriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Asisten Peneliti

Ruang latihan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dilema sebagai Juventini di Sisa Musim 2019-2020

30 Juni 2020   20:17 Diperbarui: 1 Juli 2020   11:44 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miralem Pjanic say goodbye to Juventus (Sumber: Instagram miralem_pjanic)

Tulisan ini bersifat subjektif karena dipicu dengan pamitnya Miralem Pjanic beberapa jam yang lalu.

Kedatangan Arthur ke Turin hari Minggu lalu untuk tes kesehatan tidak membuat saya antusias seperti kedatangan Matthijs de Ligt pada waktu itu, penyebabnya bisa jadi karena pertukarannya dengan Pjanic tersebut atau karena saya juga tidak banyak memantau pemain di klub asal beliau. 

Sisa musim ini memang berbeda, banyak hal terjadi baik di dalam maupun di luar klub, saya yakin begitu juga dengan kondisi para pemain baik secara fisik maupun mental.

Covid-19 memulai segalanya dengan menyinggapi Rugani, Dybala, dan Matuidi. Juventini mana yang tidak khawatir mendengar kabar tersebut, terutama bintang utamanya yang selama ini terkenal ambisius dan sehat terserang virus mematikan?

Saya sendiri sempat khawatir dan meragukan kondisi performa bocah Argentina kesayangan semua fans Bianconeri itu. 

Khawatir hal buruk akan terjadi, khawatir performa beliau akan turun tidak secepat dan sekuat dia biasanya. Apalagi dia adalah yang terakhir dinyatakan sembuh di antara ketiganya.

Meski akhirnya di pertandingan melawan Lecce kemarin dia berhasil menjawab keraguan saya, dia kembali seperti Dybala yang biasanya.

Vakumnya Serie A hampir seperempat musim membuat kita, para fans belum sempat melihat performa full dari beberapa pemain baru, seperti Aaron Ramsey yang bahkan sempat mengalami kenaikan berat badan saat karantina (well Rambo, you're not alone bro ^^). 

Beruntung bagi Merih Demiral yang bisa memanfaatkan masa istirahat ini untuk mengejar kesembuhan lututnya. Belum lagi beberapa pemain luar Italia yang bingung untuk stay di Turin atau pulang kampung.

Kedilemaan yang mau saya bahas adalah tentang beberapa pemain yang tampaknya akan sulit bertahan di musim depan, misalnya Higuain.

Sejujurnya beliau adalah pemain favorit saya sejak belum terjun ke Serie A. 

Saya bahkan pernah sangat berharap dia menjadi bagian dari Bianconeri dan akhirnya terwujud, namun kemudian terbentur persaingan jadi hijrah sebentar ke Chelsea, ketemu Boss Sarri (lagi).

Sekarang nasibnya juga luntang lantung mirip Mandzukic sebelum pergi, padahal sekalinya main dia jarang mengecewakan. 

Pemain lainnya yang juga membuat 'galau' adalah Federico Bernardeschi. Ada yang bilang, misalnya nomor punggung 10 tidak dipakai Dybala, bisa jadi Berna adalah kandidat penggunanya. 

Sebenarnya besar harapan saya pada dirinya, namun ada masanya bila kita terlalu berharap maka akan sakit karena kecewa, begitu kira-kira perumpamaannya.

Oleh sebab itu, saya tidak muluk-muluk berharap pada Berna dan biasanya dia akan memberikan performa luar biasa bila saya tidak terlalu berharap (bisa begitu ya...).

Tentang Pjanic, sepertinya dia sudah pasrah akan dijual. Bahkan pertukarannya dengan Arthur pun tidak membuatnya berpikir lama untuk setuju. Performanya menurun bisa jadi karena itu juga yang membuatnya setuju pindah padahal bisa saja dia menunjukkan dirinya bila diberi waktu, hanya saja klub berkata lain.

Berbeda dengan Arthur yang mengulur-ulur persetujuannya untuk pindah ke Turin hingga akhirnya setuju setelah urusan gaji mencapai kesepakatan. 

Saya paham betul datang dan perginya pemain apalagi yang bertahun-tahun bersama meraih gelar itu tidak mudah dan ini baru tahun pertama Mr. Sarri bekerja kemudian diuji dengan pertandingan yang fluktuatif serta kejutan Covid-19.

Kegagalan di pertandingan perdana setelah long break tentu tidak akan saya jadikan tolak ukur untuk menilai allenatore. 

Semuanya pasti memerlukan habituasi kembali. Tadinya saya berpikir baru akan menulis hal ini apabila Higuain atau Berna 'kemungkinan' akan pergi, namun baru Pjanic saja saya sudah 'agak' sedih seperti waktu ditinggal Mario Mandzukic kemarin.

Meski tidak sepatah hati saat Marchisio pensiun, saya yakin semua Juventini pasti merasakan hal yang sama saat itu.

Harapannya semoga scudetto masih bisa menjadi milik Bianconeri, apalagi sang kapten dan mantan kapten baru saja memperbarui kontrak hingga tahun depan siapa tahu bisa memotivasi teman-temannya.

Forza Juve, Fino Alla Fine, serta Grande Mire, good luck in Barcelona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun