Sejujurnya beliau adalah pemain favorit saya sejak belum terjun ke Serie A.Â
Saya bahkan pernah sangat berharap dia menjadi bagian dari Bianconeri dan akhirnya terwujud, namun kemudian terbentur persaingan jadi hijrah sebentar ke Chelsea, ketemu Boss Sarri (lagi).
Sekarang nasibnya juga luntang lantung mirip Mandzukic sebelum pergi, padahal sekalinya main dia jarang mengecewakan.Â
Pemain lainnya yang juga membuat 'galau' adalah Federico Bernardeschi. Ada yang bilang, misalnya nomor punggung 10 tidak dipakai Dybala, bisa jadi Berna adalah kandidat penggunanya.Â
Sebenarnya besar harapan saya pada dirinya, namun ada masanya bila kita terlalu berharap maka akan sakit karena kecewa, begitu kira-kira perumpamaannya.
Oleh sebab itu, saya tidak muluk-muluk berharap pada Berna dan biasanya dia akan memberikan performa luar biasa bila saya tidak terlalu berharap (bisa begitu ya...).
Tentang Pjanic, sepertinya dia sudah pasrah akan dijual. Bahkan pertukarannya dengan Arthur pun tidak membuatnya berpikir lama untuk setuju. Performanya menurun bisa jadi karena itu juga yang membuatnya setuju pindah padahal bisa saja dia menunjukkan dirinya bila diberi waktu, hanya saja klub berkata lain.
Berbeda dengan Arthur yang mengulur-ulur persetujuannya untuk pindah ke Turin hingga akhirnya setuju setelah urusan gaji mencapai kesepakatan.Â
Saya paham betul datang dan perginya pemain apalagi yang bertahun-tahun bersama meraih gelar itu tidak mudah dan ini baru tahun pertama Mr. Sarri bekerja kemudian diuji dengan pertandingan yang fluktuatif serta kejutan Covid-19.
Kegagalan di pertandingan perdana setelah long break tentu tidak akan saya jadikan tolak ukur untuk menilai allenatore.Â
Semuanya pasti memerlukan habituasi kembali. Tadinya saya berpikir baru akan menulis hal ini apabila Higuain atau Berna 'kemungkinan' akan pergi, namun baru Pjanic saja saya sudah 'agak' sedih seperti waktu ditinggal Mario Mandzukic kemarin.