Sedangkan personality terbangun karena adaptasi dan pengalaman terhadap lingkungan sekitar sehingga menjadi pertahanan kepribadian seseorang atas lingkungannya. Singkatnya, temperament adalah fondasi, sedangkan personality adalah gedung. Kesimpulan tersebut berdasarkan pengamatan bertahun-tahun atas reaksi tubuh (tekanan darah, suhu tubuh, detak jantung dll) terhadap rangsangan lingkungan. Secara biologi, reaksi-reaksi tersebut diatur dalam sebuah bagian otak yang disebut amygdala.
Pembahasan karakter secara biologis dalam buku ini menarik, karena contoh kasus yang disajikan tampak tidak terlalu sulit dipahami secara ilmiah meskipun hal tersebut sangat berkaitan dengan sistem saraf, endokrin dan genetika. Contoh yang diceritakan malah tentang Warren Buffett dan kesuksesannya dalam bermain saham, serta tokoh besar dibalik kesuksesan Presiden Amerika, Franklin D. Roosevelt, yaitu sang istri Eleanor Roosevelt yang sangat sensitif dan introvert namun sangat kuat menyokong peran sang presiden.
Lalu bagaimana beradapatasi dengan para introvert? Atau hidup sebagai introvert, dengan dunia yang didominasi oleh ekstrovert sebagai karakter ideal? Pada dasarnya seorang introvert sudah memutuskan bagaimana mereka akan menjalani hidup nantinya; pekerjaan apa yang akan mereka pilih; bagaimana beradaptasi dan menyikapi 'berisiknya' lingkungan sekitar dengan memperbanyak waktu me time atau bahkan 'berdamai' dengan berkamuflase bersama para ekstrovert.
Yang menjadi tantangan apabila kita harus beradaptasi hidup dengan introvert. Beberapa cerita yang dituliskan Cain mengenai anggota keluarga yang introvert. Mereka lebih sering dipaksakan untuk bisa menjadi seperti orang lain di sekitarnya, padahal apabila para introvert diberi ruang dan waktu untuk didengarkan tidak sedikit hal penting yang tersampaikan; bisa jadi mereka adalah calon Eleanor Roosevelt atau Lewis Carrol (penulis Alice in Wonderlnad) di masa depan.Â
Hal ini sering terjadi pada anak-anak yang menjadi pendiam di sekolah dan tidak punya banyak teman. Dan tentu saja, tidak dipungkiri hal ini akan terus terjadi hingga dia dewasa, kuliah, dan bekerja. Tentu saja dengan saling mengerti apa yang diperlukan dan bagaimana saling mendengarkan, baik introvert, ekstrovert dan tentunya ambivert dapat berkolaborasi dalam berbagai hal.
Demikian review singkat saya. Buku ini sebenarnya tidak terlalu berat untuk dibaca kapan pun karena cerita kasus nya tidak terlalu panjang setiap bab nya. Sehari-hari kita pasti pernah bertemu atau mungkin kita sendiri adalah sang introvert. Bahkan bila anda seorang introvert pun bisa jadi menemukan hal baru di buku ini. Kita bisa sedikit membayangkan kehidupan menjadi introvert di Amerika, bisa jadi berbeda dengan kita yang hidup di Asia tentu saja karena lingkungan dan budaya yang umumnya berlawanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI