PRAKTIK BAIK IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA 2023
PENGUATAN MERDEKA BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 3 MERAUKE
1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Pendidikan mencakup beberapa komponen, dua diantaranya adalah membaca dan menulis, agar proses pembelajaran berhasil, guru harus berperan secara aktif, untuk memberi motivasi kepada siswa agar aktif mengembangkan literasi lebih jauh lagi, karena literasi bukan hanya terdiri dari baca, tulis dan hitung sekarang tidak cukup, tetapi juga harus mencakup baca tulis seperti yang telah disebutkan sebelumnya, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi informasi dan komunikasi serta literasi budaya dan kewarganegaraan sehingga akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Sejak 2019 pemerintah menggiatkan Merdeka Belajar bertujuan mendorong kualitas dan pemulihan pendidikan dari krisis pembelajaran melalui Platform Mengajar yang dikolaborasikan dengan GLS (gerakan literasi sekolah) yang lebih diarahkan pada anak usia sekolah. Pemerintah memang sengaja mengadakan Merdeka Belajar diharapkan bisa menumbuhkan minat baca siswa sekalipun pada kenyataannya di beberapa daerah tertentu terutama yang terpencil sangat susah untuk membeli buku. Karena itu juga dalam tulisan Merdeka Belajar kali ini akan disampaikan beberapa contoh program gerakan literasi di sekolah, yang salah satunya juga dimaksudkan bisa memberikan inspirasi bagi pengajar yang hendak membantu menyukseskan program pemerintah tersebut, untuk mendukung tercapainya gerakan literasi sekolah, harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa. Selain itu juga kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam mengorganisasikan pengelolaan kelas terutama walikelas dan guru mata pelajaran yang mengajar di dalam kelas, oleh karena itu peranan guru dalam mencerdaskan anak bangsa sangat strategis.
Mencerdaskan dengan membuat mengembangkan (GLS) gerakan literasi dengan prisip esensial, fleksibilitas dan focus kepada anak didik dan guru sehingga sekolah merupakan proses untuk membantu perkembangan ketajaman berfikir. Hal ini sebagaimana Kamus Bahasa Indonesia (2011: 73) bahwa mencerdasarkan adalah mengupayakan agar cerdas, sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2013: 158) cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya.
Gerakan literasi ini tampaknya sedikit sulit untuk dijalankan, mengingat istilah budaya membaca di Indonesia sendiri masihlah belum menjadi kebiasaan. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, dan hal inilah yang akan dibahas terlebih dahulu sebelum kita memulai pembahasan mengenai contoh gerakan literasi sekolah.
Kurikulum merdeka belajar memberikan fokus bagi pengembangan karakter pada profil Pancasila (Beriman bertaqwa kepada TYME dan berakhlak mulia, Mandiri, bermakna kritis, kreatif, bergotong royong, dan berbhinneka global). Guru merupakan salah satu komponen penting dalam mencerdaskan peserta didik, yaitu mengembangkan bakat, minat dan potensi diri peserta didik untuk lebih sering membaca melalui proses pembelajaran di kelas saat guru memberikan tugas atau saat jam kosong, pojok literasi diharapkan menjadi salah satu solusi mencerdaskan peserta didik yang berprestasi dan berkarakter. Selain itu dibutuhkan berbagai terobosan dan strategi belajar mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi dan kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan pojok literasi setiap saat sebelum dan selesai pembelajaran .
GLS (Gerakan Literasi sekolah) bisa memberi dorongan kepada peserta didik untuk mengungkapkan kemampuannya dalam menggali gagasan. Seorang guru berperan sebagai fasilitator dan bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar. Seorang guru harus bisa mengelola kegiatan diberbagai pihak yang berkaitan dengan pembelajaran, dan harus pandai memotivasi peserta didik untuk selalu terbuka, selalu kreatif, responsif, intraktif dalam kegiatan pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditentukan dan diukur sejaumana kegiatan pembelajaran dapat menjadi alat perubahan dalam tingkah laku peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang ditetapkan. Seorang guru dituntut mampu merancang, mengembangkan, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak didik.
2. Masalah
Adapun beberapa penyebab rendahnya minat baca siswa disekolah saat masa pandemic oleh karena itu melalui Merdeka Belajar dapat menormalkan minat belajar siswa maka penulis wajib menjelaskan sebagai berikut.
1. Kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini. Role model yang biasa berlaku di tingkat keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya akan mengikuti kebiasaan dari orang tuanya tersebut, sehingga, demi menyelesaikan penyebab yang pertama ini, orang tua seharusnya mengajarkan kebiasaan membaca pada anak, dengan demikian, anak tidak akan lagi memasukkan kata membaca sebagai hobi mereka dan anak juga tidak akan menganggap sepele pentingnya membaca.
2. Kualitas sarana pendidikan yang masih minim dan akses ke fasilitas pendidikan juga belum merata, fakta yang Nampak sekrang ini bahwa ada banyak anak yang terpaksa putus sekolah, sarana pendidikan yang bahkan tidak mampu mendukung kegiatan belajar dan mengajar seta panjangnya rantai birokrasi di dalam dunia pendidikan di Indonesia, secara tidak langsung hal tersebut jua bisa menghambat kualitas literasi di Indonesia untuk berkembang.
3. Produksi buku di Indonesia masih dianggap kurang, hal ini terjadi karena penerbt di daerah belum bekermbang, adanya wajib pajak bagi penulis yang bahkan royaltinya saja sudah rendah sehingga motivasi mereka untuk menghasilkan karya yang berkualitas menjadi surut dan insentif bagi para produsen buku yang dinilai masih belum adil.
C. Program Penerapan Merdeka Belajar melalui GLS di SMA Negeri 3 Merauke
1. Mengajar dengan GLS (Gerakan Literasi sekolah)
GLS (Gerakan Literasi sekolah) diisi dengan muatan-muatan positif akan memancarkan energi positif bagi peserta didik dan lingkungan sekitar, dengan demikian orang lain juga akan berfikiran yang positif terhadap kegiatan yang kita lakukan. Mengajar dengan baik akan muncul interaksi dan komunikasi yang positif antara guru, peserta didik dan lingkungannya, melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah) dan keterlibatan yang utuh, sudah pasti akan membuat semua kapasitas kecerdasan yang kita miliki akan bekerja, sehingga membuat kita menjadi orang yang lebih menguasai kompetensi dan lingkungan. Peranan seorang guru sangat besar dalam mencerdaskan anak didiknya. Hal ini sebagaimana pesan Zawawi Imron (Faturrahman, 2007) bahwa guru yang baik ialah yang memberikan masa depan cemerlang dengan membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan.
2. Mendorong motivasi spiritual Peserta didik melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah)
Guru yang baik ialah yang menganggap semua peserta didiknya sebagai anak-anaknya sendiri, yang setiap hari akan mendapat curahan kasih sayangnya (Zawawi Imron dalam Faturrahman, 2017).
Visi Merdeka Belajar terdorong oleh kekuatan untuk menggali berbagai potensi yang dimiliki melalui proses perjuangan, ketika perjuangan terjadi itulah orang akan berusaha mengakses berbagai potensi internalnya, salah satu nya adalah kekuatan spiritual. Selain mendorong seseorang mengakses berbagai potensinya, visi juga mendorong orang untuk memanggil kekuatan di luar dirinya, baik ke orang lain atau ke Tuhan, misalnya melalui doa dan berbagai mekanisme pendekatan lainnya.
Pentingnya Merdeka Belajar melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah) bagi peserta didik dalam mencapai visi, perlu didorong penguatan pengetahuan dan pelaksanaan nilai-nilai agama dan adat yang berlaku di masyarakat Kabupaten Merauke. Selain itu juga, saya selalu memberikan motivasi dan petuah-petuah yang dapat mengakses potensi yang dimiliknya, baik pada saat belajar mengajar, diselipkan pada isi dan sampul modul yang saya berikan maupun melalui “lomba” membuat kalimat-kalimat bijak.
GLS (Gerakan Literasi sekolah) tidak sekedar proses yang mengakibatkan perubahan pada diri, tetapi aktivitas yang didalamnya terdapat proses aktualisasi diri, pengabdian pada nilai-nilai atau peranan yang mengandung nilai-nilai spiritual untuk masa depan yang berkarakter.
3. Program penguatan motivasi Peserta didik melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah)
- Jadwal Wajib Kunjung Perpustakaan
- Pemberdayaan Mading Setiap Kelas
- Membaca Buku Non Pelajaran Sebelum Proses Belajar Dimulai
- Posterisasi Sekolah
- Membuat Pohon Literasi di Setiap Kelas
- Membuat Pojok Baca di beberapa tempat di sekolah
- Membuat Papan Karya Literasi Siswa di Setiap Kelas
- Membuat Dinding Motivasi di setiap kelas
- Mengadakan Lomba Duta Literasi Sekolah
- Mengadakan Lomba Karya Literasi Antar Kelas
4. Simpulan dan Rekomendasi
- Peranan guru dalam proses Merdeka Belajar melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah) sebagai penunjang belajar mengajar tidak sekedar menstransfer pengetahuan atau keterampilannya, tetapi juga membentuk karakter dan menyiapkan masa depan. Mencerdaskan anak didik melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah) merupakan rangkaian dari proses mengajar dan mendidik yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk karakter dan budi pekerti sempurna. Proses belajar dan mendidik dengan baik, seorang guru harus memiliki lebih megenai pengettahuan tentang GLS (Gerakan Literasi sekolah) dari pada siswa selain terhadap tugasnya. Melalui GLS (Gerakan Literasi sekolah), maka guru lebih giat dan serius dalam mencurahkan perhatian, pengetahuan dan waktu demi memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk karakter dan budi pekerti kepada anak didik.
5. Pelajaran yang diperoleh
- Penerapan Merdeka Belajar dengan memanfaatkan GLS (Gerakan Literasi sekolah) yang baik dan profesional terhadap peserta didik lebih baik.
- Guru yang memiliki cinta dengan penerapan Merdeka Belajar , akan selalu mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan anak didik.
- Kepedulian muncul karena Merdeka Belajar yang dikolaborasikan dengan GLS (Gerakan Literasi sekolah), sangat dibutuhkan untuk pemulihan terhadap krisis pembelajaran
- Peserta didik lebih percaya diri dengan penerapan Merdeka Belajar karena memberikan flexibilitas untuk menentukan materi ajar yang akan diajarkan sesuai dengan kemampuan murid.
- Guru yang selalu memberikan motivasi, pengetahuan dan visi yang baik maka anak didik akan lebih percaya dan diri terus mengembangkan bakat, minat dan prestasi yang dimilikinya karena kebiasaan GLS (Gerakan Literasi sekolah).
DAFTAR PUSTAKA
https://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/episode_15/web
https://kurikulum.kemdikbud.go.id
Clark, C. & K. Rumbold. (2006). Reading for pleasure: A research overview. UK: National Literacy Trust.
Dewayani, Sofie & Pratiwi Retnaningdyah. 2017. Suara dari Marjin:Literasi sebagai Praktik Sosial. Bandung : Remaja
Rosdakarya.Dewayani, Sofie. 2016. Panduan Pemilihan Buku Nonteks Pelajaran untuk Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud.
Laksono, Kisyani, dkk. 2016. Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah: Untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017.
Kemendikbud.Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2016. Judul-judul Buku Pengayaan, Referensi, dan Panduan Pendidik; yang Memenuhi Syarat Kelayakan sebagai Sumber Belajar pada Jenjang Pendidikan dasar dan Menengah Tahun 2011 s.d. Tahun 2015.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud. Trelease, Jim. 2008. Read-Aloud Handbook; Mencerdaskan Anak dengan Membacakan Cerita Sejak Dini.
Hikmah. Wiedarti, Pangesti, dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud.
Permendikbud Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah.
Permendikbud Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Permendikbud Nomor 9 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2015.
Permendikbud Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H