Mohon tunggu...
ALPHA MARIANI
ALPHA MARIANI Mohon Tunggu... -

Belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tri Sakti Jiwa" Ki Hajar Dewantara Tangkal "Hoax"

2 November 2017   21:34 Diperbarui: 2 November 2017   22:01 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuatan informasi dan penyebarannya sangat kental dengan tujuan-tujuan yang bertentangan dengan kebenaran obyektif, apalagi didukung dengan perkembangan kecanggihan sarana teknologi komunikasi, meskipun ada juga yang membuat berita bohong hanya karena demi kesenangan belaka atau iseng (persentasenya sangat kecil). 

Sarana teknologi komunikasi informatika ini membuat penyajian informasi bagaikan arus yang mengalir cepat dalam hitungan detik. Akibatnya kita tidak memiliki waktu jeda yang cukup untuk mencerna,  dengan mudah informasi kita telan mentah-mentah termasuk juga berita bohong di dalamnya.

Di sisi lain, gaya hidup manusia saat ini dipengaruhi oleh kehausan informasi. Indikasinya adalah perasaan tidak update, tidak eksis manakala kita ketinggalan informasi tentang dunia yang berlari kencang ini. Lihatlah bagaimana profil picture atau status seseorang di media sosial bergonta-ganti dengan cepat. Orang ingin banyak-banyak dan cepat-cepat mereguk informasi dan membagikan kepada yang lain supaya terpuaskan dahaga mereka akan kesan dan penilaian yang lain tentang dirinya yang up to date. Maka tidak heran dalam proses mencari, menerima dan membagikan informasi itu unsur menganalisa kebenaran menjadi  terabaikan.

Dua hal itulah yang akhirnya menjadi lahan yang subur bagi maraknya berita bohong dewasa ini. Tidak sadar bahwa dampak negatif yang dihasilkan dapat memporak-porandakan tatanan kehidupan bersama dalam lingkup manapun.

Teliti sebelum "membeli" dan membagi

Kecenderungan menerima berita tanpa analisis yang memadai menunjukkan bahwa seseorang/kelompok memiliki latar belakang pendidikan yang "pas-pasan", paling tidak menunjukkan bahwa keinginan untuk belajar (menganalisa dengan logika, membandingkan, mencari second opinion, mencari sumber utama/baku) masih rendah.

Beberapa cara praktis untuk mengidentifikasi sebuah berita merupakan hoax adalah dengan memperhatikan judul dari sebuah berita. Banyak sekali beredar artikel maupun informasi yang diberi judul provokatif-bombastis, bahasa sekarang lebay, yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya. Namun ada kalanya informasi yang  terkandung di dalam artikel / berita merupakan informasi yang benar namun merupakan berita lama yang dimunculkan kembali. 

Munculnya berita lama dan beredar lagi akan membuat kesan bahwa berita tersebut baru terjadi sehingga bisa menyesatkan pembaca yang tidak teliti dalam melihat kembali tanggal berita. Berita-berita yang secara provokatif mengajak untuk melakukan suatu gerakan yang memiliki nuansa kekerasan (baik kekerasan fisik maupun simbolis) misalnya : mengandung kata-kata memboikot, melarang, menolak dengan keras, memusnahkan atau menyerang dapat kita "curigai" mengandung kebohongan. Kita juga bisa mendeteksi kebohongan berita dari sumber yang disajikan/terkutip. 

Jangan mudah percaya pada berita-berita yang sumbernya tidak jelas, tidak  kredibel, tidak pernah didengar dan bisa dicek status keberadaannya atau hanya meneruskan dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Seperti berita berantai contohnya. Ada cara lain untuk mengidentifikasikan sebuah berarti mengandung kebenaran atau tidak yakni dengan mencari second opinion, nara sumber yang lain dengan cara banyak membaca, membandingkan atau mendiskusikan dengan mereka-mereka yang berkompeten di bidangnya.

Hoaxberkaitan dengan jenis tanaman hias yang dapat menyebabkan kanker pernah menjadi heboh di sekolah penulis. Tanaman yang dimaksud adalah zamioculcas zamiifolio dikenal dengan nama tanaman dolar. Tampilan daunnya mengkilap indah serta dapat diperbanyak dengan mudah. Karena tampilan yang menarik dan dapat dipelihara dengan mudah, maka tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di kelas--kelas sekolah penulis.

Kabar mengenai tanaman dolar yang menyebabkan kanker darah beredar melalui WA (Whatsapp). Diberitakan seseorang meninggal karena leukimia, almarhum semasa hidupnya meneliti tanaman ini untuk meraih gelar master di kampus USM (Universitas Sains Malaysia). Dikabarkan pula bahwa teman peneliti satu tim sudah meninggal setahun sebelumnya dengan mengidap penyakit yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun