Mohon tunggu...
ALPHA MARIANI
ALPHA MARIANI Mohon Tunggu... -

Belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Tri Sakti Jiwa" Ki Hajar Dewantoro Tangkal Hoax

2 November 2017   20:05 Diperbarui: 2 November 2017   20:22 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa belajar dari nilai budaya yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Salah satu warisan nilai budaya beliau adalah konsep Tri Sakti Jiwa yang terdiri dari cipta, rasadan karsa. Beliau mengajarkan bahwa untuk melaksanakan sesuatu harus ada sinergi antara hasil olah pikir(cipta), hasil olah rasa(rasa)serta motivasi yang kuat di dalam dirinya (karsa). Jika kita hanya mengandalkan salah satu hal tersebut maka keseimbangan tidak akan terpenuhi. Keseimbangan ini yang akan menentukan keberhasilan dari tujuan yang akan kita capai.

Dampak negatif hoaxyang berbahaya dapat kita tangkal dengan ajaran luhur Tri Sakti Jiwa dari sang guru Ki Hajar Dewantoro. Ajaran pertama adalah olah cipta yaitu serangkaian kerja otak yang menunjukkan bahwa kita adalah manusia pembelajar. Olah cipta bisa kita mulai dengan "mengerem" artinya tidak serta merta tergesa-gesa menelan mentah-mentah sebuah berita atau bahkan langsung menyebarkannya. 

Kita harus mengembangkan daya kritis dan rasa penasaran akan kebenaran, kemudian diikuti dengan serangkaian proses pembelajaran : penelaahan sumber berita, membandingkan atau mencari second opinion untuk menemukan kebenaran obyektif, mendiskusikan dengan mereka yang berkompeten dalam bidangnya, menemukan asas manfaatnya, juga mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan seandainya sebuah berita itu akan kita bagikan.

 Langkah berikutnya adalah olah rasa, memposisikan diri kita sebagai obyek berita, bagaimana seandainya berita tersebut mengenai kita/kelompok kita? Olah rasa menyangkut soal sensitifitas dan etika moral. Artinya kita bisa memilah dan memilih berita-berita mana yang menggunakan kata-kata atau gambar-gambar (video) yang dapat menciderai kebersatuan, melukai perasaan orang lain, atau merendahkan martabat yang lain, dan sebagainya. Kepekaan rasa ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan nilai dalam pengalaman-pengalaman konkret sehari-hari.

Sedangkan langkah terakhir adalah memutuskan apakah berita tersebut akan kita share atau tidak dengan banyak pertimbangan di dalamnya (karsa). Keinginan berbagi itu harus didasari pada keutamaan-keutamaan bahwa tujuan atau motivasi berbagi sebenarnya adalah untuk saling meneguhkan, melengkapi, memperkaya. Kita harus memiliki motivasi yang kuat bahwa berbagi adalah sebuah bentuk kerendahan hati, keterbukaan diri untuk berjumpa dan membantu yang lain, lebih-lebih kalau yang kita bagikan adalah kebenaran, kegembiraan, penghiburan.. Apabila ketiga konsep ajaran luhur tersebut kita lalui maka akan meminimalkan hoax yang beredar di masyarakat. Alangkah indahnya dunia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun